11 : Who Is She?

39.9K 2.7K 48
                                    

KUDOBRAK pintu kamar 103 dengan nafas yang terengah - engah. Pertanyaan besar hinggap di atas kepalaku. Siapa perempuan itu? yang pasti dia hantu! Astaga...

"Apa yang kau lakukan di depan pintu?" Sebuah suara mengaggetkanku. Suara Vanilla.

Aku baru sadar bahwa aku terduduk lemas di depan pintu. Ketelengkupkan tanganku diatas lututku yang menekuk. Kupeluk kedua lututku. Aku terisak.

Beberapa hal yang aku tahu.

Aku bisa melihat hantu pada akhirnya.

Hantu tersebut adik dari orang yang membuat ramalan yang mungkin ramalan 13.

Masalahnya... dia adik dari siapa?

Siapa kakaknya?

Vanilla berjongkok di hadapanku yang masih menangis. Tak tahukah dia bahwa aku hampir saja serangan jantung melihat orang - hantu - yang menghilang? Apakah orang itu memakai cincin Lord Of The Ring? Astaga aku harus mengurangi jatah menonton filmku.

"Ressa. Kau kenapa?" Tanya Vanilla.

Aku mendongakkan kepalaku. Lalu menggeleng. Hahaha enak sekali mengganggu Vanilla.

"Bagaimana rapatmu?" Tanyaku balik dengan suara yang serak.

Dia menuntunku menuju sofa nyaman di ruang tengah. Aku merebahkan diriku di tengah sofa. Dia membuat cokelat panas di pantry. Baru setelah itu dia mengedikkan bahunya tanpa aku mengerti apa maksudnya.

"Aku dihapus jabatannya dari Ketua Osis." Jawabnya mantap dan terkesan cuek.

Di--dia mengatakan hal itu seperti obrolan ringan saja!

"Kau gila?" Tanyaku tak percaya.

"tidak." Jawabnya masih terkesan cuek.

Dia melihat perubaha mukaku yang masam. Dengan cueknya dia tertawa kecil. Lalu dia rebahan di sampingku.

"Astaga... kau berlebihan sekali. Nanti juga akan dipilih yang baru setiap 6 bulan sekali." Jelasnya.

Aku masih mematung menunggu penjelasan. Memandangnya dengan dahi berkerut.

"Kau membuatku risih! Astaga... sekarang kan tanggal 24 Oktober. Jelas saja aku dihapuskan. Baru nanti dipilih yang baru." Jelasnya lagi.

Aku mengerucutkan bibirku, lalu bangkit dari sofa. Sementara Vanilla menegak susu cokelat sembari mengganti saluran televisi.

Aku ingin menuju kamar mandi, sepertinya tadi aku lari dari hantu itu sambil pipis...

***

Ritual pagi.

Bangun. Mandi. Ganti baju. Menyisir rambut. Menyiapkan buku. Memakai sepatu. Berangkat bersama Vanilla. Ke Aula tengah.

Kulihat dia di meja paling kanan seperti biasa. Sedang membuka - buka buku aritmatika yang tergeletak di meja panjang itu.

"Dave!" Panggilku semangat.

Dave mendongakkan kepalanya. Kacamata bacanya melorot dari hidung mancungnya. Bibir merah mudanya tersenyum. Dia melambaikan tangan padaku dan menyuruhku duduk di hadapannya.

Kursi panjang tersebut oleh keempat temanku. Hanya tinggal aku dan Vanilla. Aku langsung duduk di hadapan Dave.

"Hai... Morning" sapaku pada semuanya. 

"dari mana saja kau? lama sekali." Gerutu Daniel.

"Morning sweet heart." Sapa Dave seraya tersenyum manis.

Pipiku merona malu.

"Morning Ressaaa." Sapa Daniella ceria seperti biasanya.

"Good morning." Sapa Vanessa sambil tersenyum ke arahku.

Aku kembali berdiri, menggosok - gosok tanganku.

"jadi kalian mau makan apa?" Tanyaku.

Dave menutup bukunya dan ikut berdiri. Menunggu pesanan dari mereka.

"kalkun." Jawab Daniel asal.

"itu terlalu berat untuk pagi hari, Daniel." Geramku.

"pisang." Jawabnya lagi asal.

Aku menyentil dahinya. Dia mengaduh.

"terlalu ringan." Geramku.

Setelah mereka menyebutkan pesanan mereka masing - masing aku dan Dave beranjak menuju etalase.

Di tengah perjalanan, dari kubu dua aku tidak sengaja mendengar percakapan seseorang.

"astaga! aku turut berduka cita kepada Jo..." Seru suara sopran.

Sepertinya aku tau suara itu...

"Yuki kau mau makan apa?" Tanya suara yang sedikit sopran.

Ah aku ingat. Mereka yang membicarakan hal buruk tentangku dan kedua sepupu kembarku di kamar mandi.

"hey kalian tidak mendengarku? Adik Jo meninggal!" Geram si suara sopran.

Eh?

to be continued

---

Read my another story :

1. How Can I Move On

2. A-B-C-D Love

3. Princess Series [1] : The Overweight Princess

Royal AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang