Chapter 18

1.6K 226 5
                                    

💖. Happy Reading 💖.

🍁🍁🍁

Hannam-dong Hill

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hannam-dong Hill.

Pagi di musim panas, waktu masih menunjukkan jam tujuh pagi. Mentari sudah mulai menyinari bumi yang semalaman hanya bermandikan cahaya rembulan malam. Semburat langit pagi yang mulai terang terlihat indah.

Tapi tidak bagi Xiao Zhan. Dia masih terbaring malas di tempat tidurnya yang nyaman. Sebelah tangan menutupi kening dengan mata yang sudah terbuka dan memandang langit-langit kamar. Hampir setiap malam dia memimpikan pemuda tampan itu, selalu memanggilnya dan memintanya untuk kembali.

Sudah berkali-kali Xiao Zhan mencoba menghubungi nomor Wang Yibo, tapi nomor itu sudah tidak digunakan. Akhirnya Xiao Zhan hanya bisa menguatkan diri melewati masa-masa menyedihkan baginya. Karir yang gemilang tidak berarti apapun buatnya, tanpa kehangatan dan cinta mengisi kehidupannya.

Satu tahun sudah Xiao Zhan menjalani kehidupan yang begitu hampa. Selama di negara itu dirinya sama sekali tidak pernah berusaha untuk jalan atau mengenal kota yang dia tinggali sekarang. Dia menyibukkan diri hanya dengan bekerja. Pulang ke rumah. Begitu seterusnya.

“Aku masih terus mencarimu dengan putus asa. Bisakah kau merasakannya, Yibo? Berapa lama lagi kita akan melalui ini semua? Aku harap kau tidak berubah. Tetap mencintaiku seperti dulu. Jangan lupakan aku, Yibo,” Xiao Zhan bergumam sendiri. Matanya kembali terpejam membayangkan wajah tampan yang sangat jelas dalam benaknya.

Beberapa menit kemudian Xiao Zhan bangun dengan enggan menuju kamar mandi. Setelah berganti baju dia pun keluar kamar dan mulai mengambil sarapan.

Nyonya Xiao yang duduk di depannya menatap anaknya heran. Muka Xiao Zhan yang kuyu dan mata bengkak sangat menarik perhatian. Bahkan dia menyantap sarapannya tanpa selera.

“Ada apa, Zhan? Ibu lihat dari awal datang kau terlihat tidak bahagia. Kenapa sebenarnya?” selidiknya khawatir.

Xiao Zhan menggeleng pelan.

“Hanya masalah pekerjaan,” sahut Xiao Zhan malas. “Aku tidak melihat ayah."

“Ayahmu sudah berangkat dari pagi. Sedang banyak pekerjaan. Oh ya, rumah kita yang di Heng Shan sudah dijual,” nyonya Xiao menuangkan secangkir teh.

Xiao Zhan mengernyit heran.

“Kenapa harus dijual? Bukankah ada paman Huang yang merawatnya?”

“Ayahmu bilang ada yang membeli rumah kita dengan harga bagus. Lagipula kami belum tahu kapan bisa kembali ke Cina,” nyonya Xiao kembali menyahut seraya bangkit beranjak menuju ke ruang depan.

Xiao Zhan masih meneruskan sarapannya yang tidak berselera. Lalu beranjak menyusul ibunya ke ruang depan sambil membawa segelas jus.

Nyonya Xiao tampak bersantai di sofa ruang tengah, membaca sebuah majalah.

𝑻𝒆𝒎𝒑𝒕𝒊𝒏𝒈 𝑯𝒆𝒂𝒓𝒕 [𝓔𝓷𝓭] (Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang