DEEP [ENAM PULUH TIGA]

143 17 2
                                    

Sedang di kota lain di jam yang sama, seseorang sedang duduk sambil memandang langit pagi dari ketinggian gedung lantai dua belas. Di temani dengan secangkir kopi hitam dan beberapa cemilan, seseorang itu sedang bergelut dengan pikirannya sendirin sejak lima belas menit yang lalu. Komputer di depannya masih dibiarkan menyala, begitu juga maps berisi lembar persetujuan dengan klien dianggurkan begitu saja. Dia terlalu sibuk mengurus yang ada di otaknya. Lebih tepatnya ia sedang kisruh dengan segala yang berputar-putar di kepalanya.

Sudah lima tahun berlalu,  namun penyesalan demi penyesalan semakin merundungnya dengan sadis. Segala bentuk cintanya telah menyublim dan berhenti membeku di satu hati yaitu gadis yang lenyap begitu saja bak ditelan bumi. Segala hal menyangkut tentang gadis itu sudah ia cari, namun hasilnya tetap nihil. Jejak yang di tinggalkan pun tak pernah nampak barang nomor telefonnya yang baru atau emailnya.

Dekka mengacak rambutnya. Sepagi ini dan dia sudah dibuat kalut oleh pikirannya sendiri.  Sekarang ini dia sudah menjadi seorang CEO dari sebuah perusahaan ternama milik keluarganya. Segalanya sudah dia punya. Akan tetapi tetap saja tidak dapat membuatnya bahagia atau melupakan gadis itu barang sejenak saja. 5 tahun gadis itu sukses menjadi satir elegi bagi Dekka. Ia masih menyayangi gadis itu. Tidak ada yang berubah dari perasaannya. Hal ini juga yang membuatnya belum mau menjalin hubungan cinta dengan siapapun. Padahal dia sampai dijodohkan oleh orang tuanya. Namun Dekka menolak dan tetap keukeh menunggu satu orang,  gadisnya. Dia tetap akan menunggu gadis itu sampai kembali lagi ke dalam pelukannya.

Dekka tidak peduli seberapa lama itu, kalaupun nanti penantiannya sia-sia, setidaknya gadis itu tahu tentang perasaannya yang sebenarnya. 

Itulah Dekka,  dengan segala penyesalan dan ketidakberdayaannya melawan semesta yang tidak berpihak padanya.

🌊🌊🌊

Di latar berbeda, masih di tempat yang sama, seorang gadis nampak sibuk dengan tanamannya. Ia sekarang sedang mengelola tanaman-tanaman hias dan sudah memiliki banyak cabang di kotanya. Gadis itu nampak sibuk dengan segala kegiatannya.

"Sayang, ada pesanan lagi nih," Amar menepuk pundak Quinta perlahan.

"Oh iya, tolong sayang dikasiin Sinta. Biar di urus dia,"

"siap bosqu,"

Quinta tersenyum. Hatinya menghangat seketika. Sekarang dia memiliki seseorang yang disayanginya. Dan orang itu masih orang yang sama. Dan akan selamanya. Semoga. Quinta berharap bahwa Amarlah tujuan dermaganya yang terakhir.  Mengingat semuanya, membuat Quinta teringat kepada sosok gadis di sana. Ia langsung meletakkan tanaman yang baru saja di tanam dan duduk di kursi dekat tanaman itu.

Ingatan membawanya pada gadis itu. Si ceria yang tidak pernah mengeluh apapun tentang masalahnya. Siapa lagi jika bukan Abel? Berkat Abel, Quinta jadi bisa sama-sama lagi dengan Amar. Berkat Abel, Amar kembali padanya. Bagaimana gadis itu bisa berpikir sejauh itu untuk hidup orang lain sedang dia sendiri dalam masalah? Bagaimana bisa? Ah gadis itu,  sampai sekarang belum juga ditemukan. Baru saja ia melamun, suara Amar mengintrupsinya.

"Sayang kenapa? Loh kok berkaca-kaca?" Amar yang melihat itu tampak khawatir

"Aku kangen sama Abel. Dia di mana ya sekarang? Apa dia baik-baik aja?"

Dengan sigap Amar memeluk Quinta, "Abel baik-baik saja, dia mungkin butuh waktu lama untuk menata semua. Tunggu saja ya, aku yakin, Abel pasti kembali"

🌊🌊🌊

Seorang gadis tengah menatap layar datar di depannya. Sudah dua jam ia bermesraan dengan layar datar di depannya. Kantornya masih sepi. Ia sengaja datang lebih dini karena masih ada beberapa naskah yang harus diperbaiki.

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang