DEEP [DUA PULUH DUA]

1.2K 89 1
                                    

Aruna sedang duduk-duduk santai di depan rumahnya. Hari ini adalah hari sabtu. Dan sekolahnya libur karena sudah diterapkan sistem 5 hari sekolah. Sekarang jari jarinya asik menari di layar handphone. Dia sedang bermain game helix jump. Ketika sedang asik-asiknya, ada notif masuk.

"Ck, ganggu orang lagi ngegame aja." Gerutu Aruna.

Mau tidak mau dia keluar dari game nya sejenak dan mengecek notif. Ternyata itu dari Fitra. Hati Aruna terasa hangat ketika mengetahui siapa yang mengirim pesan line.

FitraDarul : Lo di mana?

Yuri Aruna :  di rumah, kenapa?

FitraDarul : keluar yuk?

Aruna sekarang kayak cacing kepanasan karena ajakan Fitra untuk pergi.

Tenang Na, slow

Yuri Aruna : Tapi gue belum mandi tu

FitraDarul : Gakpapa gue tunggu,

Yuri Aruna : Lah lo udah otw? Lo lagi di mana?

FitraDarul : depan rumah lo, dan gue liat lo lagi duduk petakilan. Mana rambut lo kayak wewe gombel lagi. Wkwkwk

Mendapat pesan yang isinya seperti itu, Aruna langsung bangkit dari duduk petakilannya. Celingak celinguk sana sini. Dan dia mendapati Fitra tengah di depan rumahnya. Melambaikan tangan ke arahnya.

Sial! Malu banget ya ampun, mau di taruh di mana muka gue.

Aruna melarikan diri masuk ke dalam rumah, menyuruh bi Asri membukakan pintu untuk Fitra. Sedangkan dirinya menuju kamar mandi.

Setelah setengah jam ritual mandi dan beberesnya selesai, Aruna menuruni tangga menghampiri Fitra.

Fitra yang tadinya asik membaca komik, langsung mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Ternyata lo kalo di rumah kayak gitu ya bentukannya? Padahal kalo keluar cantik begini." Fitra tersenyum penuh arti.

Sial! Hilang sudah pencitraan gue selama ini.

Aruna meruntuki dirinya sendiri. Salahnya karena belum mandi tapi dengan percaya diri nangkring di depan rumah. Salahnya karena rambutnya acak-acakan seperti wewe gombel tapi dia tetep tidak peduli. Ah Aruna bego.

"Brisik!" Aruna memanyunkan bibirnya.

"Gak usah manyun-manyun gitu, minta di cium tu bibir?" Fitra tersenyum jail.

"Cium sana pantat panci!" lalu Aruna pergi begitu saja meninggalkan Fitra dengan langkah panjang. Sedangkan Fitra hanya geleng-geleng sambil mengikuti langkah Runa.

Di dalam mobil, Aruna hanya diam saja. Sepertinya dia masih ngambek.

"Elah gitu aja ngambek."

"Kagak. Siapa juga yang ngambek." Aruna ngeles.

"Lo malu karena kebiasaan buruk lo ketahuan gue? Gak masalah gue mah. Lo kayak gitu juga masih cantik kok." Puji Fitra tulus.

"Bullshit!" kata Aruna langsung memalingkan wajahnya.

Bukan karena tambah ngambek. Tapi karena pipi Aruna sekarang bersemu merah.

"Kok diem lagi? Masih ngambek?"

"Iih! Siapa juga yang ngambek. Orang gue gak papa."

"Iyain aja deh."

"Kita mau ke mana sih Tra?"

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang