DEEP [LIMA PULUH TUJUH]

952 83 34
                                    

mending sambil baca ini coba deh dengerin lagi dari :

Kunto Aji berjudul Sulung. udah aku sediain di mulmed di atas ya :)

dijamin, tambah syahdu gitu pas baca. recomended banget di lakuin ehe.

.

..

...

....

.....

......

Setelah dari gudang penyimpanan tadi, Abel menuju kamarnya. barang - barangnya sudah di kemasi jauh - jauh hari sebelumnya. ia menghela napas sekali lagi. keberangkatannya tinggal besok pagi. siap tidak siap dia harus pergi demi penyembuhan dirinya, demi melupakan sesosok dia yang mengisi hatinya cukup lama. Abel melangkahkan kaki menuju meja belajarnya. disibaknya gorden jendela kamarnya itu. langit malam ini tampak begitu terang dengan banyak bintang di sana, namun tidak dengan hati Abel. abu - abu tak karuan. lagi - lagi helaan napas kasar yang keluar. 

Abel mengamabil dua kertas warna dari bindernya. dengan kehati hatian dia menggoreskan kata demi kata di kertas tadi. baru beberapa paragraf, tiba - tiba

tes. 

cairan bening itu menetes lagi dan lagi tanpa ampun. beberapa di antaranya menetes di kertas hingga meninggalkan jejak di sana. Abel menengadahkan kepalanya ke atas. Berusaha menahan cairan bening itu agar berhenti menetes. lagi. dia menghela napasnya dengan kasar. perlahan, tangannya mulai menulis lagi di kertas berwarna itu. 

Setiap goresan yang di tulis di kertas itu, hatinya perlahan lahan retak, hancur. hingga pada goresan terakhir, dengan sisa kekuatan dan sisa sisa remukan hatinya, Abel mengakhiri tulisannya. 

Diambilnya dua amplop berwarna merah yang ada di depannya. Dua kertas berwarna itu dilipat perlahan lahan dan begitu rapi, seakan akan dua kertas itu baru saja di keluarkan dari cetakan. lagi. perlahan lahan dua kertas berwarna itu dimasukkan ke dalam dua amplop merah. tangan Abel sempat gemetar karena kekuatannya benar - benar habis sekarang. remuk redam tanpa sisa. 

Abel bangkit dari duduknya, mengambil sweeter merah dan kunci mobil di atas rak buku. Disambarnya dua amplop merah tadi, dan ia melangkah pergi meninggalkan kamar menuju mobil. 


sepanjang perjalanan, matanya sesekali menatap dua amplop merah yang di letakkan di kursi sebelahnya. berulang kali ia menghela napas kasar. mau tidak mau ia harus memberikan ini. mau tidak mau ia memang harus melepas. siap tidak siap ia harus patahkan. siap tidak siap, meski sakit, ia harus mencabut semuanya agar tidak kusut, ya untuk hatinya, ya untuk pikirannya, ya untuk semuanya, untuk Abel dan seseorang di sana. 

Mobil Abel berhenti di depan rumah dengan cat berwarna putih itu. dia kembali menghampiri rumah itu. hanya dengan memandang rumah itu, ingatan Abel tentang dia langsung menyerbu tanpa ampun. dia seperti di serang ribuan kenangan yang mau tidak mau membuatnya memutarnya terus menerus bagaikan kaset rusak. 

Abel ingat betul, rumah ini menyimpan banyak kenangan. Dia pernah menangis di depan rumah ini hanya karena kekonyolan yang di perbuat oleh sesosok di sana. Dia ingat betul, pelukan hangat seseorang itu ketika menenangkan Abel. Dia ingat betul bagaimana dengan manisnya seseorang itu memperlakukan Abel, Ah, Indah seperti cerita cerita di negeri dongeng saja. 

Namun cerita negeri dongeng yang membuat Abel terbuai harus di akhiri segera. Ia lagi -lagi harus menerima kenyataan bahwa ini bumi, ini hidup, dan hidup tidak seperti negeri dongeng yang selalu happy ending. Abel tidak mau semakin terpuruk. 

kembali Abel menatap nanar dua amplop merah yang ada disampingnya itu. diambilnya satu amplop berwarna merah berpita merah dengan sangat hati - hati, lalu ia keluar dari mobil dan berdiri di depan rumah megah itu. 

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang