DEEP [ DELAPAN]

1.9K 151 6
                                    

Hari ini Abel mandi sore lebih awal dari pada jam biasanya karena ada janji dengan Dekka. Ya, Abel tidak pernah lupa  tentang apapun yang menyangkut Dekka. Sore ini dia ada janji dengan Dekka di taman dekat rumah jam 4 sore.

Abel sudah siap dengan celana pendek biru dongker dan kaos warna merah marun. Rambutnya dicepol seperti biasanya. Menyisakkan anakan rambut yang menghiasi leher putihnya itu.

"Mau kemana lo dek?" Varo yang tadinya sibuk melototin televisi berpindah pandangan ke adeknya yang sudah terlihat rapi dan wangi.

"Ketemu cogan dong." jawab Abel asal.

"Cogan apaan? Gebetan aja kagak punya sok sokan pake acara ketemu cogan." Ejek Varo telak.

"Parah lo bang,  laknat bener lo jadi abang." Abel menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Lah elo unfaedah jadi adek." Balas Varo tak kalah sengit.

"Bersisik deh bang,  bunda mana?"

"Gak tau,  lagi istirahat kayaknya,  kasian capek habis bersih-bersih dapur."

Abel menganggukkan kepalanya pelan.

"Yaudah gue pergi dulu bang assalamualaikum."

"Waalaikumsalam,  ati-ati." Varo berteriak kencang seolah adeknya itu mempunyai masalah dengan pendengarannya.

"Iya elah." Abel juga berteriak gak kalah kencengnya. 

Dengan langkah perlahan,  Abel berjalan menyusuri rumah demi rumah. Taman itu memang tak jauh dari rumah Abel. Hanya butuh waktu 5 menit jalan kaki.  Dan benar saja,  Abel sudah sampai di area taman. Dari kejauhan, dia melihat siluet Dekka dari belakang. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam 4.15 WIB.

cepet amat datengnya,  tumben.

Abel berjalan pelan dari arah belakang supaya Dekka tak tahu akan kedatangannya. Setelah sampai tepat di belakang Dekka,  dia menutup kedua mata Dekka. Berharap cowok itu akan terkejut. Tapi nyatanya tidak sama sekali.

"Elah, gue tau Bel itu elo,  sok sweet dasar."

Abel menurunkan tangannya yang menutupi mata Dekka lalu duduk di samping Dekka dengan wajah cemberut.

"Yah,  padahal gue pengen bikin lo kaget gitu kayak di sinetron alay. "

"Bau lo dah kecium dari jarak 100 meter."

"Wangi dong gue?"

"Kagak,  apek." jawab Dekka seenaknya.

"Dasar!" Abel meneplak bahu Dekka.

"Sakit anjir!" Dekka mengaduh.

"Sukurin,  mana es krim gue?"

"Nih." Dekka memberikan kantong plastik berisi beberapa es krim.

"Uh baikknya babang Dekka. Ganteng deh tambahan kalo kek gini terus." Abel mencubit pipi Dekka gemas.

"Bilang gantengnya cuma pas di kasih es krim doang." Dekka mumutar matanya jengah.

"Lo ngapain ngajak gue ke sini?  Mau mangkal? Kan jatah mangkal kita malam jumaat bukan senin sore,  lo lupa?" Abel dengan muka seriusnya menatap Dekka, seakan hal yang dibicarakan itu nyata.

"Dasar cabe cabean lo pikirannya mangkal mulu."

"Mangkal gue berfaedah ya."

"Mana ada mangkal berfaedah"

"Di kamus gue ada kok." jawab Abel keukeh.

"Serah lo Bel," Dekka mengalah.

Selalu seperti ini. Jika mereka berdua bertemu selalu saja bertengkar.

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang