DEEP [TUJUH]

1.9K 148 0
                                    

Abel mengipasi dirinya menggunakan buku tulis. Berharap rasa panas yang menyelimuti dirinya cepat hilang. Wajahnya memerah setelah terpapar sinar matahari hampir satu jam karena upacara yang di adakan setiap hari senin.

"Gila, panas bener." Anya mengeluh, dia pun sama seperti Abel,  menggunakan buku tulis untuk mengipasi dirinya.

"Hooh, kayak dibakar rasanya."

"Ngantin yuk?"

"Mager gue, nitip aja deh." Anya nyegir.

"Hm, biasa kan?"

Anya mengangguk semangat.

Abel berjalan menyusuri kelas demi kelas menuju kantin seorang diri. Ketika melewati gudang sekolah,  ada seseorang yang menarik paksa tangan Abel hingga dia masuk ke lorong menuju gudang. Abel kaget bukan main. Dia menjerit cukup kencang. Hingga dua orang yang menariknya paksa tadi membekap mulutnya. Membawa Abel masuk ke dalam gudang. Sedangkan orang yang satunya lagi tertawa penuh kemenangan.

"Bisa diem gak lo!  Kalo gak gue plester tu mulut!" Suara cewek itu menggema ke seluruh gudang.

Abel menganggukkan kepalanya lemah.

Tubuh Abel terasa lemas setelah mengetahui siapa yang menariknya. Mereka adalah Viranda and the geng. Anak kelas dua belas yang paling ditakuti satu sekolahan. Siapapun yang berurusan dengannya hidupnya gak akan tenang. Dan Abel rasa hidupnya mulai detik ini akan bermasalah. Tapi apa kesalahannya?

"Bagus. Buka, gak usah dibekap." ucap Viranda pemimpin geng itu. "Gue tanya sama lo,  lo tau gak gue siapa?" Viranda menyentuh pipi Abel.

Abel mengangguk pelan.

"Bagus. Dan lo tau gak kalo berurusan sama gue bakalan gimana?"

Abel lagi lagi hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Elo anak kelas sebelas gak usah sok belagu. Ini peringatan buat lo. Jangan sekali kali lo gangguin Gilang lagi, dia itu cowok gue. Sampai gue liat lo deket-deket dia lagi, liat aja hidup lo gak bakalan tenang. Ngerti lo?"

"Emang hak kakak apa? Pacar aja bukan." entah dapat keberanian dari mana, kata kata itu refleks keluar dari mulut Abel. Sekarang Abel sungguh menyesal telah mengatakan itu.

Mulut sialan!

"Berani lo ya sama kakak kelas!?" Viranda menatap Abel tajam dan dalam seakan ingin membunuh.

"Saisa, ambil gunting di tas gue. Cepet." Perintah Viranda.

Saisa mengambil gunting di tas Viranda dan memberikannya kepada Viranda.

"Nih."

"Veisha! Ikat tu anak,  plester mulut dia." Dengan gerakan cepat,  Veisha menjalankan perintah Viranda.

Viranda tersenyum bagaikan nenek lampir. Sedangkan Abel berusaha berontak dari ikatan tali itu,  mencoba berteriak. Tapi nihil. Tali yang di ikatkan terlalu kencang. Dan mulutnya pun di plester. Jadi sia-sia saja dia mencoba berteriak. Yang keluar hanya suara tidak jelas.

Dan Viranda pun menggunting Rok Abel dengan sadis,  menjadikannya compang camping di bagian depan.

Tes.

Air mata Abel jatuh ketika mendapati roknya sudah tak berbentuk seperti habis terkoyak tikus.

"Itu baru permulaan cantik." Viranda tersenyum miring.

Ia bersiap menggunting seragam atasan Abel di bagian lengan.

"Gue bakalan bikin lo meny—"

"Apa yang lo lakuin sama dia!?" Suara bariton itu memenuhi gudang. 

-DEEP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang