Mendebarkan serta Menyakitkan

477 52 16
                                    

Happy Reading 🌼

_________________________________________

Suasana senang campur haru mengisi hari keluarga Habib saat ini. Bukan tanpa alasan tentunya, putra pertama mereka pulang membawa kabar gembira, akhirnya perjuangan William membuahkan hasil. Selangkah lagi, William mereka akan menyempurnakan agamanya sekalian dengan memulai cinta halalnya.

Awalnya Diana biasa-biasa saja. Tidak ada kebahagiaan dari wanita paruh baya itu, ia merasa William tidak akan bahagia dengan Rania karena tantangan dari Hamdi. Tapi, melihat kesungguhan dan cerita dari sang Putra, membuat hatinya menghangat dan berakhir lah dengan terciptanya kebahagiaan juga.

Tidak ada masalah lagi. Tentang Abiandra, pria itu sudah lama mengikhlaskan Rania, atas ijin Allah, sebentar lagi ia juga ingin menyempurnakan agamanya.

Sekarang mereka sedang bersiap-siap untuk acara nanti malam. Setelah melaksanakan sholat Maghrib berjamaah, masing-masing mereka mulai membenahi diri agar terlihat pantas untuk acara bahagia ini.

Begitu pula dengan William pastinya. Saat ini pria tersebut sedang menatap pantulan dirinya, ia tersenyum setelah merasa pantas untuk menghadap pada calon mertuanya nanti.

Calon mertua?

Ia menggeleng diselingi tawa kecilnya.

Mengingat calon mertuanya itu. Tidak ia sangka ayah dari gadis pujaannya tersebut akan berubah pikiran secepat ini. Bukan maksud apapun, tapi perjuangan William ini bisa dikatakan tidak begitu sulit, ia baru mendatangi keluarga Rania beberapa kali, tapi semua Allah lancarkan tanpa adanya masalah yang lebih sulit.

William pikir ia memang tidak akan bisa menjadikan Rania bidadarinya, ia sempat putus asa setelah mendengar berita bahwa Rania akan dijodohkan dari Uwais. Pikirnya, untuk terakhir kalinya, ia akan berusaha, ini benar-benar yang terakhir.

Menyadari kata terakhir, membuat tekadnya semakin menggebu untuk meminta gadis itu pada ayahnya, walau separuh hatinya sangat yakin ia akan ditolak lagi.

Tapi, lagi-lagi William merasa malu karena telah meragukan kuasa Allah. Untuk kesekian kalinya, Allah buktikan dengan mengijabah do'anya, permintaan untuk menjadikan Rania sebagai Permaisurinya Allah kabulkan tanpa ia duga.

William malu, Allah begitu baik padanya, sementara dia baru saja mengenal Allah, rasanya kebaikan Allah ini tidak akan sanggup ia balas dengan apapun. Dengan memberinya kehidupan saja William tidak tau balasan apa yang sepadan dengan itu, apalagi Allah selalu mengabulkan setiap kehendaknya yang banyak seperti buih lautan.

Tanpa sadar air matanya kembali menetes, menyesali kesesatannya selama ini. Lututnya melemah saat mengingat kebodohannya selama berpuluh tahun diberi nyawa oleh Allah, kedua tangannya terangkat untuk menutupi seluruh wajahnya, semakin matanya terpejam, semakin ia sesak karena bayangan perbuatannya yang menentang adanya Tuhan tayang dengan jelas disana.

William beristighfar, bergumam maaf pada Allah, bersholawat nabi agar sang Baginda bersedia membantunya nanti ketika di akhirat.

"William." Tidak tahu sejak kapan Diana sudah berada dibelakangnya, mengusap punggungnya penuh kelembutan.

"Ma, Allah baik sekali padaku. Apa aku pantas mendapatkan kebaikan Allah ini?" ujar William penuh penyesalan.

"Nak..." Sebagai seorang ibu, tidak ada yang bisa Diana lakukan selain ikut menangis melihat penyesalan putranya.

"Allah memberimu karena Allah merasa kamu pantas menerimanya." Sambung Diana kemudian memeluk putranya.

"Udah, jangan nangis lagi. Ayo kita berangkat, nggak enak calon mertua kamu nungguin kita," kekeh Diana menggoda putranya.

RANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang