Baju Koko Putih Gading

389 49 1
                                    


Uwais menghela napas lega setelah mendapat panggilan suara dari kakaknya. Ia berucap syukur ketika Ailani mengatakan bahwa ia tidak bisa pulang malam ini karena ada pohon yang tumbang di perempatan jalan menuju rumah.

"Kalau gitu kita semua juga nggak bisa pulang dong, Uncle?" tanya Afnan melenyapkan kelegaan Uwais

"Tadi Kakak mau ketemu siapa?" tanya Uwais karena ingin menyusun rencana lain.

Afnan menggeleng pelan. "Tadi sih aku denger ibu mau ketemu teman."

"Teman ya?" Ia tersenyum lebar saat sebuah ide menolongnya lagi.

"Uncle mau telpon siapa?"

"Kak Keysa."

"Ummi kak Alya?"

Uwais mengangguk mengiyakan, siapa lagi teman kakaknya selain Keysa, mungkin ada beberapa orang lainnya, tapi sangat jarang Hamdi mau menemani Ailani dan menyisihkan waktu untuk sekedar bertemu santai. Setelahnya ia menyapa Keysa melalui panggilan suara, meminta bantuan Keysa untuk menahan Ailani. Bagi Uwais, sangat mudah membujuk Keysa yang nyinyir menanyakan alasan kenapa ia harus melakukan hal itu, karena dari dulu Keysa selalu memanjakan dan menurut saja dengan kemauan aneh Uwais.

"Sekarang masalah kakak aman." Ia bernapas sedikit lega, melirik Afnan yang terlihat sangat khawatir dan juga wajahnya yang sedikit murung.

"Aku akan hukum diriku kalau kak Rania nggak ketemu," gumam Afnan yang samar-samar terdengar oleh Uwais.

"Gimana kalau William yang nemuin Rania?"

"Apa Uncle setuju kak Rania sama orang yang nggak punya kepercayaan?"

Tentu saja tidak, tapi apa yang harus ia lakukan kalau suratan nama jodoh Rania ialah nama William, siapa memangnya dia? Apa haknya menentang keputusan Sang Penguasa.

"Apa persetujuan dariku bisa mengubah jodoh Rania yang telah Allah tetapkan?"

Afnan terdiam, tertohok dengan jawaban Uwais yang tidak bisa ia bantah. Ia kagum dengan sosok Uwais yang sangat dewasa dalam berpikir, dan tidak pernah melupakan tentang kuasa Allah. Uwais patut dijadikan contoh, ia menunjukkan bahwa Islam itu tidak kaku, tidak seperti orang-orang yang apapun selalu berlebihan, membuat penilaian orang tentang Islam terlalu rumit.

Tapi bukan hanya Uwais kendala yang akan menghalangi hubungan Rania dan William. Apa yang akan Ailani dan Hamdi lakukan jika mengetahui putrinya mencintai orang yang tidak memiliki kepercayaan?

Tiba-tiba suara tawa Uwais mengembalikan kesadaran Afnan yang tadinya memikirkan bagaimana nanti jadinya Rania jika cinta yang seharusnya tidak ia miliki kandas. Afnan menoleh kesamping, mengernyitkan keningnya bingung.

"Kamu sampai cari tau tentang William, kamu tau darimana kalau dia atheisme?"

Afnan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengakui kebodohannya karena secara tidak langsung telah memberi tau Uwais bahwa ia mencari-cari tau tentang William.

"Aku tau dari mas Fadli. Beberapa hari yang lalu nggak sengaja ketemu dan kami ngobrol, mas Fadli bilang dia karyawan di perusahaan ElordXo, itu perusahaan mas William kan Uncle? Sekalian aja Aku tanya-tanya tentang mas William."

"Fadli?" tanya Uwais memastikan pendengarannya.

"Iya mas, teman SMP kak Rania."

"Orang itu ya?" Uwais tersenyum sinis.

"Kira-kira kalau William tau masa lalu Fadli dan Rania. Fadli bakal diapain ya?"

"Kita nggak tau seberapa gila mas William, Uncle." Kekeh Afnan yang disambut anggukan setuju oleh Uwais.

RANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang