"Assalamualaikum," ujar seorang gadis.
"Wa'alaikumsalam," jawab wanita dan pria paruh baya dengan senyum lembutnya.
Rania menyalami tangan Abi dan Umminya yang sedang duduk disofa, dan kemudian duduk diantara Abi dan Ummi nya.
"Abi tumben pulang cepat?" tanya Rania membuat Hamdi mengalihkan pandangannya dari koran ke putrinya itu.
"Emangnya nggak boleh?" tanya Hamdi membuat Rania memajukan bibir bawahnya. Setiap dia bertanya seperti itu, Hamdi selalu menjawab dengan jawaban yang sama.
"Abi demen banget bikin anaknya sebel." Rania mengangguki ucapan Umminya dan memeluk pinggang sang Ummi.
Hamdi terkekeh melihat tingkah putrinya yang terlihat seperti anak kecil disaat usianya akan memasuki angka 23.
"Kamu kenapa pulang terlambat?" tanya Hamdi saat menyadari putrinya pulang lebih lama dari biasanya.
"Tadi Nia mampir ke perpustakaan dulu Abi. Ab...." ucapan Rania terpotong karena Hamdi mengisyaratkan kepada putri dan istrinya untuk diam disaat ponselnya berdering.
Hamdi mengambil ponselnya dan melihat nomor yang tertera disana, dia mengernyitkan keningnya karena tidak mengetahui pemilik nomor yang menghubunginya itu.
"Siapa Abi? Kenapa nggak diangkat?" tanya Ailani ketika melihat suaminya hanya memandangi ponselnya.
"Nggak tau, Abi nggak kenal nomornya."
"Coba Abi angkat dulu, mana tau penting," saran Rania yang diangguki Ailani. Hamdi mengangguk dan menggeser tombol hijau di layar ponselnya
"Assalamualaikum." Hamdi masih mengernyitkan keningnya saat suara diseberang sana tidak terdengar sedikitpun
"Wa..wa'alaikumsalam. Saya dari Elord XO, apa bisa bicara dengan bapak Hamdi?" ujar seorang wanita dengan nada formalnya
"Ya, saya Hamdi. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Hamdi dengan formal
"Atasan kami sudah memberi jawaban atas kerjasama yang bapak tawarkan. Maaf pak, sepertinya atasan kami kurang tertarik, jadi ia menolak untuk melakukan kerjasama tersebut." Wanita tersebut sedikit merendahkan suaranya tanda ia sangat berat mengucapkan kalimat barusan
"Ooo, tidak masalah. Terimakasih telah mengabarkan saya."
"Sama-sama pak. Baiklah, saya akhiri, Assalamualaikum." Kemudian wanita dari seberang sana memutuskan panggilannya.
"Wa'alaikumsalam." Lirih Hamdi sambil menggeleng.
Rania mengusap lengan Abinya saat melihat perubahan raut wajah dari wajah damai nan tampan Abinya.
"Kenapa Abi?" tanya Rania dengan nada lembut.
"Kerjasamanya ditolak," ujar Hamdi sambil tersenyum yang dipaksakan.
Rania dan Umminya menyipitkan mata. Ini tidak kali pertama Hamdi menjalin kerjasama dengan pemilik perusahaan-perusahaan besar, baik itu didalam kota maupun diluar kota. Ada banyak yang Hamdi bangun, seperti madrasah, istana tahfidz, beberapa masjid besar, sekolah-sekolah yang menyangkut Islam, panti asuhan, panti jompo, dan masih banyak lagi.
Tapi, apa yang ada dipikiran pemilik perusahaan yang sering menjadi hot news di berita bisnis saat ini. Padahal ia juga akan memperoleh keuntungan yang sangat besar. Rania sedikit kesal karena pemilik Elord XO itu sok jual mahal dan menolak mentah-mentah tawaran Abinya tanpa berpikir, Hamdi menawarkan kerjasama tersebut baru tadi pagi, tapi sudah ditolak saat matahari mencapai puncaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA
RandomTentang 'Perbedaan' Perbedaan umur yang sangat jauh. Perbedaan fisik yang sangat kentara. Perbedaan perjalanan hidup yang sangat berbeda. Bahkan. Perbedaan kepercayaan pun salah satu dari banyak perbedaan yang ada. "Aku percaya Allah, tapi kamu tida...