Happy Reading✨
_________________________________________
Hari kemaren, kamu jadiin penyesalan.
Hari esok, kamu belum tentu bisa memperbaiki yang kamu sesali.
Tapi hari ini, kesempatan terpampang nyata didepan mata.
Tunggu apa lagi?
-RANIA-Minggu sudah bertukar. Semua sudah kembali pada keadaan semula sebelum Rania dan William saling mengenal. Hanya keadaan, tidak dengan perasaan.
Tapi mereka masing-masing sudah mulai sedikit terbiasa, Rania yang berusaha melupakan William.
Rania mencintai William tidak gampang, tidak mungkin ia bisa dengan mudahnya melupakan pria itu. Pria yang namanya ada dalam rentetan do'a disepertiga malam Rania.
"Uncle," panggil Rania pada Uwais yang sibuk main ponsel dihadapannya.
Uwais hanya bergumam singkat menjawab pertanyaan Rania.
"Aku berasa munafik banget."
Uwais memperbaiki duduknya, membuang ponselnya ke sembarang arah, mulai tertarik dengan pembicaraan Rania. "Kenapa?" tanyanya menatap serius Rania.
Rania menggeleng pelan, kemudian hanya diam kembali melamun.
"Uncle tau kamu nggak bisa lupain William."
Tidak ada respon dari Rania, gadis itu tidak terkejut sedikitpun mendengar penuturan Uwais, ia sudah dapat menebaknya kalau Uwais tau apa yang terjadi padanya.
"Kita nggak tau rencana Allah seindah apa nantinya. Bisa jadi William memeluk Islam dan dapat restu dari Abi kamu. Selalu minta yang terbaik menurut Allah, kalau William nggak jodoh kamu, manatauan Sultan Zaheed yang jadi jodoh kamu." Uwais terkekeh kecil.
"Aamiin."
"Bagian bana yang kamu aamiin-in?" Goda Uwais
"Mana yang terbaik menurut Allah," jawab Rania mantap membuat Uwais memilih bungkam.
Sedangkan William, ia mulai sibuk dengan hal baru, hal yang mampu menggeser posisi Rania dari hidupnya.
Keluarga Habib sangat bersyukur melihat yang terjadi pada William. Rasa syukur sangat kentara mereka panjatkan pada Allah, tidak ada kata yang mampu keluar, tapi setidaknya hati mereka masih bisa mencurahkan semua rasa syukur pada Allah.
Abiandra si cengeng yang selalu menangis saat menyaksikan William yang sudah terang-terangan membuka dirinya untuk sebuah kepercayaan. William yang lebih meluangkan waktunya untuk mempelajari Islam daripada urusan kantor. Bukan hanya terharu, Abiandra juga sedikit iri. Dia iri, William lebih banyak tau tentang agama yang sejak kecil sudah ia anut.
Rasa sesal mulai timbul. Hal apa saja yang ia lakukan lebih dua puluh tahun hidup di dunia, sampai ia sangat bodoh tentang agamanya. Dikalahkan William yang baru beberapa hari mempercayai islam, dengan kehidupan sebelumnya yang sangat tidak mempedulikan sebuah agama.
Ucapan Habib beberapa waktu lalu selalu memotivasi dirinya yang sudah terlambat ini.
"Kamu belum terlambat. Alhamdulillah sekarang kamu masih bernyawa, ini bukti kalau Allah masih kasih kamu waktu buat berubah. Jangan terlalu banyak menyesal sampai-sampai kamu membuang waktu untuk hal yang nggak bisa kamu ulang lagi. Kamu masih punya waktu untuk memperbaiki semuanya, jangan sampai menyesal lagi nantinya."
Tatapan Abiandra lurus pada William yang tetap fokus pada bacaannya, padahal disana cukup berisik. Suara televisi dan suara heboh Habib, Diana, dan Abiandra tidak membuatnya terganggu sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA
AléatoireTentang 'Perbedaan' Perbedaan umur yang sangat jauh. Perbedaan fisik yang sangat kentara. Perbedaan perjalanan hidup yang sangat berbeda. Bahkan. Perbedaan kepercayaan pun salah satu dari banyak perbedaan yang ada. "Aku percaya Allah, tapi kamu tida...