Quality Time

399 53 1
                                    

Yeay, Double update.
Happy Reading 🖤

----------------------------------------------------------

Apa William ada dendam pribadi pada makanan dihadapannya? Dari tadi ia hanya menusuk-nusuk makanan dengan garpu dan hanya memakan beberapa sendok saja. Rania yang sibuk dengan makanannya tidak bisa fokus karena William yang tidak bisa tenang.

Helaan napas William menghentikan kegiatan makan Rania, ia membanting pelan sendok ditangannya sambil menatap tajam ke arah William.

"Kenapa lagi?" tanya Rania yang sangat heran dengan sifat manja William.

William menatap Rania sekilas sebelum meletakkan sepasang sendok yang tadi ia pegang.

"Makanannya nggak enak?"

Sambil menggeleng pelan, William meneguk minuman yang tadi ia pesan

"Aku nggak mau makan."

"Ya udah, ayo pulang." Ketus Rania berdiri dari duduknya, padahal ia belum kenyang sedikitpun.

"Ehh bukan gitu. Masa quality time cuma beberapa menit."

"Quality time?"

William mengangguk gugup. "Bareng kamu kayak gini sangat berharga buatku, jadi aku nggak mau waktu berkualitas ini cuma sebentar."

Rania mengalihkan pandangannya, berusaha menutupi wajahnya yang mungkin sudah merah seperti tomat, ia menghela napas diam-diam, wajahnya sangat panas, dan dadanya berdebar hebat.

"William nggak sopan banget ya bikin bapernya, dia ngomong dikasih gula apa madu sih?" batin Rania meneriaki William.

Sudah ia tegaskan bukan, bukan berarti seorang gadis muslimah tahan baper dengan sikap manis orang kepadanya, karena mereka hanya menjaga bukan meniadakan.

Sambil berdeham gugup, William berusaha mencari cara untuk memperpanjang waktu langka ini. "Duduk dulu."

Tanpa banyak bicara, Rania duduk dengan wajah datarnya yang jelas-jelas memerah. Ia kembali memakan makanannya saat keadaan menjadi canggung. Apa William tidak sopan jika ia tertawa melihat Rania yang sedang fokus dengan makanannya saat ini, mengingat beberapa menit yang lalu wanita itu sudah berdiri dan hendak pergi?

"Rania, aku boleh nanya?" tanya William memecahkan keheningan yang ada.

"Nanti setelah kamu makan."

"Kamu mau jelasin sesuatu?"

"Iya nanti setelah kamu minum obat. Habiskan dulu makanannya."

Dengan mata berbinar William mengangguk cepat dan memakan makanan yang terasa hambar dengan serius. Rania tersenyum lebar melihat William yang tadi manja berubah menjadi sangat keren dengan keseriusannya.

Rania menatap piring kosong dengan sedikit sisa makanan dihadapannya, menyusun kata-kata untuk menjelaskan tentang Karin kepada William. Ia baru mengenal William beberapa Minggu, apa tidak berlebihan jika ia menceritakan semuanya kepada William, terlampau percaya kepada orang juga tidak baik bukan.

Dehaman William berhasil mengejutkan Rania dan mengembalikan kesadaran gadis tersebut.

"Itu..."

William terkekeh melihat wajah tegang Rania. "Kenapa? Kamu bingung mau jelasin darimana?"

Rania mendongakkan kepalanya, menatap William sebentar sebelum kembali mengalihkan tatapannya, menatap William terlalu lama hanya akan membawanya ke neraka, ia tidak akan membiarkan sebuah zina mengalahkannya. Karena William berbeda dengan pria lainnya dihati Rania.

RANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang