Pagi-pagi sekali, Rania mondar-mandir didepan kamar Uwais, sambil menggigit kukunya. Ia berhenti dan akan mengetuk pintu kamar Uwais, tapi kembali ia urungkan. Merasa ragu dengan keputusan yang akan ia lakukan.
"Kak Rania?"
Rania terlonjak kaget dan dengan cepat membalikkan badannya, ia terkekeh canggung. "Eh Anan. Mau kemana?" tanya Rania basa-basi.
Afnan mengernyitkan keningnya heran, ia menunjuk ke arah taman belakang. "Mau panasin motor. Kakak ngapain?"
"Eumm, nggak. Nggak ngapa-ngapain." Gugup Rania tidak tau apa penyebabnya.
Afnan tersenyum kecil melihat wajah Rania yang gugup, ia hanya mengangguk. "Ya udah kak. Aku kesana dulu." Pamit Afnan yang langsung diangguki Rania.
Rania menatap punggung Afnan sampai Afnan hilang dari pandangannya. Ia membalikkan badannya dan kembali berinisiatif untuk mengetuk pintu, tapi kembali ia urungkan karena keraguan masih bersarang di otaknya.
Rania menggeleng cepat, berusaha menghilangkan keraguannya, ia mengayunkan tangannya sebelum sebuah suara kembali mencegahnya untuk mengetuk pintu tersebut.
Rania menghela nafas.
"Kamu ngapain?" tanya Ailani menghampiri putrinya.
Rania menggeleng dengan tersenyum lebar. "Ma...mau bangunin uncle, Mi," ujar Rania tidak sepenuhnya bohong, dia mengganggu Uwais berarti dia membangunkan pria tersebut kan?
Ailani mengangguk paham. "Ummi mau keluar dulu sama Abi, kamu sarapan sama uncle aja ya," ujar Ailani yang diangguki Rania, dan kemudian Rania menyalami tangan Ummi dan Abinya yang baru saja datang.
"Eh iya, nanti aku ada urusan. Aku ijin ya Bi."
Hamdi mengangguk sambil membelai puncak kepala putrinya dan tidak lupa mencium pipi Rania.
"Abi sama Ummi hati-hati." Teriak Rania karena Ailani dan Abi yang mulai agak jauh darinya.
"Kamu juga, kalau bawa mobil hati-hati, jangan ngebut!" Ingat Ailani yang diacungi jempol oleh Rania.
Ia kembali membalikkan badannya, tanpa menanyakan pendapat otaknya, Rania langsung mengetuk pintu kamar Uwais, semakin lama ketukan Rania semakin keras. Tidak ada jawaban yang kemungkinan besar Uwais masih tidur, Rania mengetuk pintu sambil teriak memanggil Uwais.
Uwais membuka pintu dengan mata yang masih sedikit terpejam.
"Kenapa?" tanya Uwais tidak bersemangat.
Rania mengintip kebelakang Uwais, kemudian melihat kanan-kiri memastikan tidak ada yang mencurigakan. Ia mendorong Uwais kedalam kamar dan menutup pintu kamar tersebut.
Uwais membuka matanya lebar-lebar, menatap ponakannya yang tersenyum tanpa merasa bersalah karena telah mengganggu tidurnya.
"Kamu ngapain?"
"Uncle duduk dulu. Aku ambilin minum ya." Rania mendorong Uwais menuju sofa, dan mengambilkan minuman untuk unclenya.
Uwais menerima air bening yang Rania sodorkan. "Apa?" tanya Uwais karena Rania menatapnya dengan serius.
"Itu, aku boleh nanya?" gumam Rania yang masih didengar Uwais. Uwais mengangguk saja membalas ucapan Rania.
"Uncle jangan marah, jangan ketawa, jangan ledekin!"
"Iyaaa."
"Aku disuruh Abiandra buat datang ke kantor William hari ini, dia bilang aku harus jelasin sesuatu sama mereka. Aku yakin ini bukan masalah pekerjaan, ini pasti masalah pribadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
RANIA
RandomTentang 'Perbedaan' Perbedaan umur yang sangat jauh. Perbedaan fisik yang sangat kentara. Perbedaan perjalanan hidup yang sangat berbeda. Bahkan. Perbedaan kepercayaan pun salah satu dari banyak perbedaan yang ada. "Aku percaya Allah, tapi kamu tida...