Bunda Diana

382 49 4
                                    

Happy Reading 🖤

______________________________________

"Bunda, maaf aku terlambat. Bunda udah lama nunggu?"

Diana mengangkat kepalanya, menatap orang dihadapannya dengan ukiran senyum lebar, "nggak kok ,nak. Bunda aja yang datang kecepatan." Diana tertawa kecil dan kemudian mempersilahkan gadis tersebut untuk duduk.

"Kamu pesan apa?"

"Bunda belum pesan?" tanya Rania, bukannya menjawab pertanyaan Diana.

Diana terkekeh kecil sambil menggeleng. Sedangkan Rania, ia menghela nafas berat dengan senyum yang tidak pernah pudar.

"Satu Green tea sama satu lemon tea panas ya mbak." Pesan Rania pada pelayan cafe.

Diana tersenyum lembut, tidak salah William memilih Rania untuk ia cintai. Akan sangat menyenangkan jika Rania menjadi menantunya, mungkin hari tua Diana dan Habib lebih tenang jika Rania yang menjadi pendamping William. Harapan Diana tidak akan terwujud jika ia tidak licik sedikit saja. Besar permohonannya agar dosanya diampuni Allah setelah ini.

"Kamu nggak pesan makanan?" tanya Diana setelah sadar Rania hanya memesan minuman untuk mereka.

"Eh mbak, tunggu dulu," pinta Rania yang diangguki pelayan cafe dengan ramah. "Bunda mau pesan apa?" tanya Rania dengan terkekeh polos, bagaimana ia bisa lupa menanyakan pesanan makanan pada Diana.

Diana tertawa sejenak. "Bunda udah makan, kamu aja yang pesan."

Rania menggeleng, "Aku juga udah makan, Bun." Ia tersenyum canggung pada pelayan lalu meminta maaf.

20 menit mereka lalui untuk basa-basi, menanyakan kabar dan bercerita banyak hal, bahkan minuman mereka sudah sisa setengah. Diana menghentikan tawanya, memegang tangan Rania yang terdampar diatas meja, mengelus pelan tangan tersebut dengan senyum tulus keibuan milik Diana.

Rania tersentak kaget karena sentuhan Diana, ia merasa janggal dengan perlakuan Diana. Banyak hal yang kembali ia pertanyakan, sebelumnya ia memang sudah merasa  aneh, ada hal apa sehingga Diana mengajaknya bertemu hanya berdua saja, rasa penasarannya hilang kala Diana memulai pertemuan mereka dengan hangat, namun sekarang semua kembali ia pertanyakan.

"Dia nggak sebaik yang kita liat, dia hancur, terluka, bahkan lebih parah dari itu," tutur Diana membuat Rania mengernyit bingung dengan arah pembicaraan Diana yang tentu sangat melenceng.

"William, dia bukan anak kandung Bunda."

Satu pertanyaan Rania malam kemaren akhirnya terjawab, masih banyak pertanyaan lain tapi tidak berani ia sampaikan langsung, hanya menjadi pikirannya yang berusaha ia redam dengan jawaban yang ia tebak sendiri.

Perihal William anak kandung Diana atau bukan tidak bisa ia tebak, sangat beruntung Diana sendiri yang langsung menjawabnya. Pikir Rania tidak mungkin William anak kandung Diana, karena Diana pernah bercerita kalau ia tidak bisa mempunyai keturunan.

Abiandra sendiri merupakan anak dari sepupunya yang meninggal karena kecelakaan. Dengan kemauan sendiri, Diana merawat dan membawa Abiandra kecil bersamanya, sampai ia menikah dengan Habib yang saat itu berstatus duda, Abiandra tetap dalam pelukannya.

Rania berusaha untuk tidak terlalu berlebihan menunjukkan rasa penasarannya. Tapi nyatanya, hanya tentang William dan William yang muncul dipikirannya saat ini. Katakan ia berdosa karena telah memikirkan seseorang yang bukan mahramnya, tapi bagaimana cara agar ia tidak memikirkan pria tersebut? berbagai do'a dan istighfar ia lontarkan untuk membuat pikirannya tidak tertuju pada William. Naas, William tetap hinggap dipikirannya. Ia lelah, bahkan muak dengan William yang ia anggap hanya sebagai ladang dosa baginya.

RANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang