93. Dinding Batas (6)

3.2K 297 5
                                    

Hall Grand Marcure tempat diselenggarakan pesta perayaan megah atas pembangunan Borobudur Building and Tample Street. Proyek tersebut sudah menjadi perbincangan hangat selama setengah tahun terakhir. Banyak sekali dukungan diberikan pada proyek tersebut bahkan beberapa pejabat pemerintahan, orang-orang berpengaruh dalam bisnis serta artis papan atas menjadi tamu khusus di acara ini.

Dwina pernah menonton berita tv tentang perkembangan proyek tersebut, terdapat sejumlah masyarakat yang melakukan kontra menolak keras pembangunan. Melakukan banyak petisi lalu diajukan ke pemerintahan.

Mengetahui pesta berhasil di selenggarakan, Dwina merasakan pekerjaan Arya kali ini akan berjalan panjang.

Malam mulai larut menandakan perayaan akan semakin ramai oleh para tamu undangan. Mobil mereka kini mengantri masuk ke lobby utama Hall Grand Marcure, situasi cukup padat terlihat dari beberapa keamanan berjas hitam berlalu-lalang menjaga proses acara.

"Acara ini lebih besar dari pada sebelumnya. Banyak sekali investor luar negeri menanam saham mereka di proyek ini. Keberhasilan proyek sudah dibayangkan jelas karena tingginya minat pelanggan." Arya mengajak ngobrol Dwina untuk mengisi waktu.

"Aku kurang tau tentang sistem perusahaan besar. Bahkan aku tak pernah berpikir memiliki minat pada proyek besar seperti ini."

"Aku menanam investasi di proyek ini. Maka dari itu aku mendapatkan undangan khusus di luar pekerjaanku."

"Mulai dari kapan?"

"Jauh sebelum kita menikah. Jika saham yang ku tanam berhasil, aku ingin menyiapkan untuk anak-anak kita. Mereka butuh biaya agar hidup layak dan nyaman. Aku memperbaharui rencana ku." Penjelasan Arya membuat Dwina tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Apakah Dwina baru menyadari dengan pandangan terbuka lebar bahwa Arya adalah sosok yang hebat? Tidak, dia sudah mengetahuinya sejak lama namun dia enggan mengakui itu. Dwina bisa berkecil hati menyadari dia tak bisa memberi banyak hal pada Arya. Dia mengerti bahwa ia bukanlah pasangan yang hebat.

Kerendahan diri membawa dia pada kesadaran agar dia tidak lalai pada peran dan tugasnya.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka beranjak dari mobil. Sudah tercium aroma bunga lavender dan mawar dari dalam gedung membuat Dwina sedikit tenang.

"Jangan khawatir. Kalau acara ini membosankan kita bisa langsung pulang." Tukas Arya sambil menyerahkan lengannya untuk di rangkul. Dwina pun segera menggenggam lengan tersebut. Beberapa kali dia pernah mengunjungi pesta seperti ini, jadi dia pasti akan terbiasa.

Dwina menunjukkan kartu undangan mereka pada penjaga di pintu utama Hall. Mengetahui itu undangan khusus, salah satu pelayan lekas mengantar mereka ke tempat duduk yang sudah di siapkan.

Ruangan pesta begitu megah, langit-langit ruang terhias banyak bunga serta lampu kristal, bisa dibayangkan berapa banyak usaha dan uang yang dikeluarkan oleh pihak acara.

Benar apa kata Arya, acara ini lebih besar dan mewah dari pesta yang pernah dia kunjungi sebelumnya. Bahkan terdapat tamu-tamu yang pernah terbayangkan sebelumnya. Seperti Satria Harrison teman dekatnya Arya, Alexander Agung, Brian Utomo dan lainnya, mereka jejeran pebisnis gila sekaligus tampan dengan kekayaan di atas rata-rata.

Setibanya di meja mereka, Arya menarik kursi untuk Dwina. Masih berdiri di samping Dwina dia berbisik, "Jangan memandang mereka terlalu lama. Aku tidak ingin membuat mereka canggung pada istri aku."

"Kenapa? Semua orang melihat mereka." Sulit dipungkiri mereka menjadi pusat perhatian di acara ini dan mustahil di abaikan kehadirannya.

"Kau berbeda." Ada makna lain yang ditangkap Dwina. Arya memiliki porsi tersendiri di antara mereka.

Trust Your Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang