113. Pertemuan Hati (END)

13.9K 459 36
                                    

Akhirnya tiba kelahiran bayi mereka. Setelah kontraksi berjam-jam dan Arya terus menemani Dwina, bayi mereka lahir normal dengan selamat dan sehat. Tangisannya keras namun semua orang tertawa haru. Nama untuknya sudah Arya dan Dwina siapkan. Azzam Wijaya. Bayi laki-laki dengan berat 2.9 kg.

Setelah tali pusatnya diputus dari plasenta, bayi itu di bersihkan oleh perawat. Sedangkan Dwina mendapatkan perawatan paska melahirkan dan dipindahkan dari ruangan bersalin ke kamar inap dimana keluarganya sudah menunggu.

Beberapa waktu kemudian Dwina diijinkan bertemu bayinya. Perawatan menyerahkan bayi itu ke gendongan Dwina, seketika melihat wajah anaknya Dwina langsung menangis. Semua energinya yang terkuras untuk melahirkan seolah tergantikan kebahagiaan luar biasa.

"Ini anak aku... Dia lahir dengan sehat." Air mata haru tak bisa dibendung. Dwina sulit membayangkan berhasil melahirkan seorang bayi mungil seperti ini, dia terus bertahan melalui kejadian rumit selama kehamilannya. "Mama sayang kamu." Dwina mengecup kening anaknya penuh hati-hati dan kasih sayang lalu berganti menatap Arya.

Dari mata Arya semua sudah terungkap betapa dia bahagia menyambut keluarga baru mereka. Bahkan berulang kali dia menuturkan kalimat syukur. Ia akan menjaga keluarga kecilnya sepenuh hati.

Mulut bayi Azzam merengut lalu tangisan dia akhirnya pecah. Dwina segera menimang anaknya agar tenang, lekas dokter membantu Dwina menyusui anaknya untuk pertama kali. Bayi Azzam menyesap begitu kuat seperti kelaparan, membuat seluruh keluarga tertawa haru.

"Ya elah.. Baru nangis sebentar udah kelaparan." celetuk kak Bayu kemudian mendapatkan cubitan dari mama, gemas cucu pertamanya di ledek.

Mama sudah menemani Dwina sejak tadi malam. Kontraksi sudah terjadi pukul sepuluh malam, setelah mama dan kak Bayu datang Dwina baru di antarkan ke rumah sakit. Hampir semalaman semua menemani Dwina, mereka sama-sama tidak tidur karena kontraksi semakin kuat. Tak dipungkiri Dwina berulang kali menangis dan yang lain mencoba menenangkan.

Sedangkan mama Ratih langsung menyusul di antar oleh suaminya ke rumah sakit sekitar pukul satu malam. Mama Ratih ikut bergilir menemani Dwina.

Proses saat bayinya keluar tidak lama. Ketika pembukaan terakhir Dwina berhasil melahirkan bayinya dengan cepat, mungkin hitungan beberapa menit hingga akhirnya tangisan bayi terdengar ke seluruh ruangan.

"Maaf bayinya saya akan ambil lagi. Anda sebaiknya segera istirahat," seru perawat mengambil bayi dari sisi Dwina setelah bayi Azzam dirasa sudah kembali tidur.

"Hati-hati dengan lehernya," seru mama khawatir. Dwina hanya tersenyum kecil, meski dia sudah pernah mengetahui bagaimana cara mengurus bayi namun kondisi dia masih lemah usai melahirkan.

Setelah bayi Azzam dipindahkan, satu persatu keluarga pamit pulang dan akan kembali nanti, menyisakan Arya. Lagi pula sebentar lagi kedua orang tua Arya akan tiba dari Bandung.

Arya duduk di samping ranjang, menggenggam tangan istrinya yang kelelahan setelah berjuang seharian, tidak Dwina telah berjuang selama sembilan bulan hingga berhasil melahirkan bayi mereka dengan sehat. Padahal sebelumnya dokter mengatakan ada kendala berat badan bayi terlalu rendah serta tekanan darah Dwina juga di bawah 120/80 mmHg.

"Apa kamu mau minum?" Arya kembali menawarkan teh hangat yang sudah di sediakan di botol termos kecil. "Atau mau makan biskuit?"

"Ya, aku sangat kelaparan. Bisa aku makan nasi terserah lauknya apa aja." Sejak semalam dia hanya makan satu sendok nasi. Karena kontraksi kuat dia sudah tak memikirkan apapun lagi, walaupun Arya berjuang membantu Dwina menyuap beberapa potong buah-buahan serta makanan ringan.

"Coba aku tanyakan perawat. Kalau bisa, nanti aku belikan di kantin atau di luar." Arya langsung beranjak.

"Aku juga ingin jus buah. Alpukat kalau ada." Kemungkinan akan mudah mendapatkan makanan-makanan itu karena hari sudah menjelang siang.

Trust Your Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang