53. Kekasih Hati (1)

6.5K 491 8
                                    

"Aku akan berusaha untuk percaya sama kamu." Dwina mendesah keras, dia sudah terpojokkan oleh perasaan kuat Arya sampai Dwina nyaris kehilangan kata-kata. 

"Nggak Dwina." Arya mengelak kembali, dan tampaknya dia akan bersikap begitu bila Dwina tak sejalur. Sungguh keras kepala. 

"Terus aku harus berbuat apa?" Suara Dwina sedikit meninggi, dirinya diambang frustasi. Arya terlalu memaksa keinginan dia pada Dwina. 

"Buka hati kamu, Dwina."

"Nggak semudah itu. Makanya aku lagi mencoba sebisa mungkin. Aku juga mau merasakan namanya cinta. Sebenarnya—kita itu mau ngomongin apa sih? Kenapa jadi begini?" Dwina melepaskan diri dari sisi Arya, dia kesal sendiri. 

"Ikut aku." Tanpa peduli Arya menarik tangan Dwina dan mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil. 

"Kita mau kemana?" ujar Dwina kala Arya menutup keras pintu mobil kemudian lelaki itu ikut bergabung duduk di balik kemudi. 

Arya menginjak gas, lalu mereka keluar dari wilayah pantai menuju apartermen Arya yang tidak terlalu membutuhkan waktu lama. 

"Kenapa kita kesini? Aku mau pulang."

Belum ada jawaban dari Arya, lelaki itu malah mencengkran lengan Dwina agar mengikutinya berjalan memasuki lift. Arya geram, begitu juga dengan Dwina. Sebelumnya mereka tidak pernah bertengkar, Arya maupun Dwina biasanya memilih berkepala dingin untuk menuntaskan masalah. 

Tetapi kali ini, tak ada kompromi.  

Dwina terlambat merasakan firasat buruk, mereka kini sudah terlanjur menginjakan kaki di apartermen Arya dan lelaki itu mengunci  rangkap pintu depan, seolah mengantisipasi orang lain masuk ke dalam apartermen ini. 

Apakah Arya akan bertindak hal buruk padanya? Seperti..

Segera Dwina mengusir prasangka mengerikan itu. 

"Jangan pergi kemana-mana." Pinta Arya, diapun bergegas ke kamar untuk mengambil benda penting untuk mereka dari sebuah laci nakas. Tak lama itu dia kembali menemui Dwina yang tengah berdiri di ruang tv. 

Sebuah kotak cincin berbeludru biru berada di genggaman Arya. Makna dari sikap Arya kini mulai jelas terlihat. Dwina jadi berjengit mundur, dia sendiri tak mengerti bagaimana menghadapi momen di luar dari perkiraannya. Bukankah ini terlalu berlebihan. 

"Ini nggak berlebihan Dwina. Seharusnya kamu dilamar dengan perlakuan pantas. Hanya kita berdua saja, untuk awal yang baik tanpa terpengaruh orang lain, siapapun itu termasuk kedua orang tua kamu. Aku mau kamu jawab dari hati kamu sendiri." Lanjut Arya membaca laju pikiran Dwina. 

"Aku udah pernah jawab sebelumnya, aku terima lamaran kakak. Apa lagi yang perlu diperjelas?" Jalan pikiran Arya benar-benar aneh, Dwina sampai tak habis pikir. 

Arya mengeluarkan sebuah cincin safir dari kotak kemudian memaikannya ke tangan kiri Dwina, dia berkata, "aku tanya sekali lagi, kamu serius mau nikah sama aku?"

Dalam hati Dwina berdecak keras, namun dia masih memberi jawaban sama. "Ya." 

"Kenapa? Padahal kamu nggak percaya sama diri aku? Saya, Arya bisa saja suatu hari nanti menyakiti kamu, mengecewakan kamu." 

Trust Your Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang