62. Kekasih Hati (10)

24.1K 2.4K 10
                                    

Setelah Dwina menekan bel rumah muncul bu Jannah-pembantu rumah tangga Putri yang tampak habis menyiram tanaman. 

"Ada Putrinya bu?" Dwina memberikan senyuman sopan. Bu Jannah adalah pembantu Putri sejak kecil. Dia seperti keluarga bagi Putri maka dari itu Dwina sangat menghormati beliau. 

"Putri dari semalam belum pulang. Mobilnya juga ditinggal. Kayaknya dia nginap di rumah temannya tapi ada pesan buat kamu Dwina." Bu Jannah memberikan secarik kertas kepada Dwina. 

"Terima kasih bu." Seru Dwina. 

"Sama-sama." Bu Jannah kemudian menutup pagar rumah. 

Dwinapun lalu pamit pergi. Dwina membaca memo bertuliskan sebuah alamat. Memo tersebut jelas bukan di tulis oleh Putri, bentuk tulisan itu sangat berbeda lebih tegas dan berantakan. Sekilas Dwina ada pikiran kalau Jordanlah yang melakukan itu. Jordan adalah lelaki berbahaya menjadi teman Putri, dia penuh muslihat. 

Dwina coba mengecek alamat tersebut melalui internet, dan ternyata alamat tersebut adalah tempat sebuah kelab malam besar. Perasaan Dwina semakin berkecamuk, Putri bisa dalam bahaya. 

Diri Dwina bergegas ke tempat itu menggunakan taksi online. Kecemasan tumpah ruah sampai sulit untuk dikendalikan, dia berharap Jordan tak berbuat buruk pada Putri. 

Waktu berjalan lambat, Dwina berulang kali meminta supir taksi agar bergerak lebih cepat. Lalu akhirnya Dwina membutuhkan empat puluh lima menit tuk tiba disana. 

Gedung besar terlapisi seluruh oleh kaca hitam gelap berdiri dihadapan Dwina. Kelap malam adalah tempat terlarang bagi Dwina. Hiburan disana membuat orang-orang terjebak oleh kenikmatan serta kebahagiaan sesaat. 

Namun dalam kasus ini, Dwina harus masuk untuk membawa Putri pulang. 

Segera Dwina melangkah masuk ke dalam gedung tersebut. Seorang bagian resepsionis meminta Dwina menunjukkan kartu identitas guna melakukan pendaftaran. 

"Apa anda benar Dwina Aryani?"

"Ya, itu saya sendiri."

"Apa anda memiliki sebuah catatan kecil tentang alamat ini?"

Dwina mengerut bingung, "Ya saya punya." Diapun lekas memberikan memo tersebut kepada resepsionis tersebut. Setelah itu Dwina diantarkan oleh seorang pelayan masuk ke dalam ruang utama kelab. Disana sepi pengunjung mungkin karena matahari masih tinggi waktu dimana orang-orang bekerja serta beraktifitas. 

Dwina di bawa ke sebuah tempat duduk VIP kosong yang berhadapan langsung dengan panggung. Tempat itu cukup tinggi hingga cukup mudah untuk menjangkau penglihatan sekitar. 

"Silahkan anda tunggu sebentar disini." Ujar sang pelayan. 

Firasat Dwina semakin buruk, tubuhnya nyaris menggigil merasakan suhu dingin di kelab malam. Dia bahkan tak nyaman sekali sekadar duduk sejenak di sofa VIP tersebut. 

Beberapa menit kemudian pelayan tadi kembali. Dwina lalu diantarkan naik ke lantai dua. Disana terdapat tempat bar untuk pelanggan yang ingin menikmati suasana tenang. 

Dwina dapat melihat sosok Putri sedang duduk di salah satu  kursi bar. Tidak ada orang lain, hanya tinggal mereka berdua saja. 

Trust Your Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang