61. Kekasih Hati (9)

4.9K 388 5
                                    

Ketika dijalani ternyata berat bagi hati Dwina, Perasaan kekecawaan Putri padanya membuat dia tidak tenang dihantui oleh rasa bersalah. Seperti inilah yang Putri inginkan demi melampiaskan segala amarah. 

Pikiran Dwina kacau di balik sikap dia yang tampak wajah. Bahkan sore ini Dwina masih bisa menikmati sepotong cheese cake yang Putri berikan padanya lalu Dwina ke dapur untuk membuatkan makan malam. 

Mama dan aayah tidak ada di rumah. Tinggal kak Bayu sedang bermain hp di kamar. 

Dwina berencana akan memasak sop ayam menggunakan sisa-sisa bahan dari kulkas serta membuat omelet. Dia menyiapkan bumbu rempah dan lain sebagainya. Dwina pikir dengan memasak bisa sedikit mengalihkan pikirannya, nyatanya keadaan dia semakin buruk. 

Sesaat Dwina tenggelam dalam lamunan ketika dia memotongi wortel hingga tak sadar tangannya teriris pisau. 

"Au.." Keluh Dwina merasa tangannya terbesit perit. Lukanya cukup dalam dan lebar tepat di jari telunjuk kiri. Lekas Dwina mencuci lukanya di bawah pancuran air kemudian berniat mengobatinya. 

"Dwina?" Panggil kak Bayu menarik Dwina dalam lamunan. Entah sudah berapa lama perempuan itu tampak berdiri di depan washtafel. "Tangan kamu luka?"

"Iya. Tadi keiris pisau sedikit." Jawab Dwina. 

Bayu mengerutkan kening, sikap Dwina sangat aneh sekali. "Sakit banget?"

Kepala Dwina mengadah sedikit ke atas melihat wajah kak Bayu. Tanpa di duga tangisannya tiba-tiba pecah. "Sakit banget kak Bayu." Seru Dwina sambil menujukkan luka di jari telunjuknya. 

Sempat Bayu mendelik makin bingung, luka sekecil ini kenapa sampai bisa membuat Dwina menangis padahal dia bukan orang yang mudah takut pada sebuah luka. 

Bayu menarik Dwina ke sisi pelukannya, dia membelai kepala adiknya dengan lembut mencoba menenangkan dia. Tangisan Dwina semakin keras, dia membalas pelukan kak Bayu lebih erat. Mungkin air mata Dwina sukses membasahi  mengotori kaos kak Bayu, namun Dwina tak memikirkan itu. 

"Ada apa sama kamu hem?" tanya Bayu dengan suara rendah. 

"Nggak kenapa-napa." Sahut Dwina yang masih belum melepaskan pelukan kak Bayu. Tetapi tangisan dia sudah reda.

"Nggak kenapa-napa tapi sampai begini. Kamu nggak mau cerita ke kakak."

"Dibilangin aku baik-baik aja, cuma tadi lukanya sakit banget." Dwina mengelak ucapan kak Bayu. Kelihatan sekali dia berbohong. 

"Arya yang bikin kamu nangis?" Bayu tak menyukai dugaan satu ini. 

"Bukan dia." Seru Dwina cukup keras supaya menepis tebakan salah kak Bayu. 

"Bukan dia? Berarti ada orang lain buat kamu sampai sedih begini?"

Dwina diam tak menjawab. Sungguh Dwina ingin menceritakannya ke kak Bayu tentang masalahnya tapi mengingat kak Bayu orang yang temperamen buruk, kalau sudah emosi meledak-ledak parah. Dwina jadi malas. 

Dengan enggan, Dwina melepaskan pelukannya dari kak Bayu. Sejak dulu kak Bayu akan selalu bertindak sebagai penolongnya bila dia sedang kesusahan. Dwina sangat berterima kasih atas perhatian kak Bayu. 

Trust Your Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang