Siang ini sosok Putri Anjani terlihat diam termangu di atas kursi. Sudahkah setengah jam lalu Arya pergi meninggalkan acara makan siang yang dia rencanakan untuk mereka berdua.
"Ya sudahlah." Putri mendelikan bahu. Belum apa-apa niat hati Putri sudah tertolak keras oleh Arya. Dia memang pantas mendapatkannya.
Arya tidak mengatakan banyak hal ketika tadi, bahkan lelaki itu hanya meneguk segelas air dingin tanpa berniat menyentuh makanan. "Bisa mulai sekarang kita nggak usah ketemu?" Seru Arya tidak berperasaan dan Putri menghargai keputusan lelaki itu.
Hari ini siang begitu terik, Putri meraih tas tangan lalu menghampiri kasir untuk membayar tagihan makanan.
"Maaf, sebelumnya pesanan anda sudah di bayar. Dan ini untuk anda." Seru pelayan tersebut menyerahkan sebuah box kecil berisi desert waffel blueberry. Putri tertegun, siapa lagi yang melalukan itu kalau bukan Arya. Sisi perhatian Arya pada dia tak bisa hilang begitu saja, walaupun dia bersikeras menyatakan akan mengacuhkannya bila mereka saling bertemu.
Putri digerogoti rasa bersalah, bagaimana bisa Arya menjalani hidup dengan baik jika dia masih belum dapat melupakan dirinya. Arya terlalu memaksakan diri.
Dengan berat hati Putri menerima kotak berisi desert dari tangan pelayan.
Setelah ini Putri akan menghadiri proses pemotretan di salah satu studio rekannya. Namun selama perjalanan pikiran Putri masih terpaku pada gambaran wajah Arya yang datar saat makan siang.
"Dulu kamu meremehkan perasaan aku. Kamu berbuat sesuka hati, sedangkan aku masih berusaha untuk bertahan. Tapi akhirnya kamu pilih untuk kita putus, pergi menghilang tanpa peduli lagi. Kita nggak bisa bersama, kita udah nggak cocok. Begitu kata kamu waktu itu, sedangkan aku hancur sendirian. Kamu pikir mudah melupakan perasaan mendalam aku ke kamu? Aku nyaris gila. Bahkan aku memohon pun kamu nggak akan peduli."
Mereka berpisah satu tahun lebih. Karena keegoisan sendiri Putri memilih agar mereka putus. Perpisahan paling buruk yang Putri alami sebab Putri tak yakin akan perasaannya sendiri. Dia melakukan itu agar Arya bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik darinya.
Dan ternyata, Putri menghancurkan sedemikian rupa perasaan Arya.
Memang semua terdengar biasa saja hubungan pacaran seperti itu lalu berakhir putus. Lagi pula sebagian besar orang mengalami hal tersebut. Tetapi ketika dijalani, ini lebih sulit dari perkiraannya.
Kepala Putri bersandar di stir mobil. "Aku minta maaf sekali Arya." Bisik Putri sendirian. Penyesalan selalu datang terakhir menggerogoti dia seumur hidup.
...…..
Pemotretan akhirnya selesai juga. Putri mengambil sapu tangan kecil dari dalam tas lalu menghapus buliran keringat di kening. Menghabiskan lebih dari satu jam di depan paparan lampu studio membuat dia kegerahan.
"Putri, kerja yang bagus hari ini." Ujar Galih sang photografer studio ini.
"Iya sama-sama." Putri menjabat tangan Galih. Mereka sudah menjadi rekan kerja semenjak empat bulan lalu. Dia orang yang profesional dan baik.
"Oh iya Put, gue punya dua tiket acara pameran seni dan photografer untuk lo. Sesuai izin lo kemarin gue pasang salah satu foto terbaik lo di sana. Berhubung si pemilik pameran adalah temen deket gue yang sekarang udah balik dari Australia, hasil foto lo bisa masuk nominasi barang yang akan di jual atau nggak dilelang. Lo bisa ambil beberapa persen hasil dari penjualan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Your Heart [END]
ChickLit,EDISI TERBARU, Long Part♫︎♫︎ Buku 1 & Buku 2 (Partnya panjang karena dua buku jadi satu) Dwina Aryani terkejut atas kemunculan mantan kekasih sahabatnya yang bernama Arya Wijaya. Padahal sejauh ini dia hanya mengetahui tentang lelaki itu dari curh...