74. Awal Pernikahan (5)

7.7K 508 12
                                    

Hatiku masih tergelitik mengingat kebahagiaan kecil seperti sarapan pagi bersama di atas ranjang, kupikir itu bukan masalah karena saat ini dunia bagaikan milik kita berdua. 

Ibu jarinya bergerak ke sudut bibirku, "ada sisa mayones." Katanya lalu mengecap mayones tersebut untuk dirinya sendiri tanpa rasa ragu, sedangkan aku merasa desiran di dada karena itu pertama kalinya orang lain melakukan itu padaku. 

"Aku punya pertanyaan buat kamu, tapi harus di jawab semuanya." Dia memulai perbincangan. 

"Boleh." Aku memberi anggukan samar, lebih tepatnya aku ikut antusias serta penasaran. 

"Ada lima pertanyaan tentang 'kenapa' dan itu akan terus berkesinambungan. Jawaban yang kelima nanti akan menjadi jawaban dari pertanyaan pertama."

"Tunggu sebentar." Kak Arya terkekeh melihatku meneguk air putih lalu bersiap menjawab pertanyaan yang dia lontarkan. Sambil menunggu, kak Arya melahap habis roti dengan irisan daging panggang kemudian membereskan baki sarapan pagi kita dan meletakkannya di atas meja. Kini kita duduk dekat saling berhadapan. 

"Pertanyaan pertama, kenapa kamu mau menikah sama aku?" Kurasa mungkin ini lebih ke rasa penasaran, lagi pula aku sudah siap dengan jawaban yang ku punya. 

"Karena komitemen yang kamu kasih ke aku, kamu orang yang serius." Kak Arya belum menunjukkan ekspresi apapun kuharap jawabanku tidak salah dimata dia. 

"Oke. Pertanyaan kedua, kenapa kamu yakin kalau aku berkomitmen kuat sama kamu dan aku orang yang serius untuk menikah sama kamu?" 

Aku tergelak bukan karena lucu."Kenapa baru tanya beginian sekarang? Kenapa nggak dari kemaren-maren?" Seruku. 

"Karena saat ini kamu udah jadi istri aku, jadi aku nggak terlalu khawatir semisal kamu tiba-tiba berubah pikiran."

"Oh, licik juga ya."

"Sengaja. Bukan karena aku ragu sama keputusan kamu, tapi aku bener-bener penasaran. Aku mau kenal kamu lebih banyak lagi." Ujarnya kemudian meraih tanganku lalu mengecupnya tanpa melepaskan tatapan penuh intensitas tinggi dariku. 

"Kenapa aku yakin kalau kamu berkomitmen kuat dan serius sama aku? Jawabannya karena kamu suka sama aku. Pandangan kakak itu seolah sulit lepas dari aku semenjak pertama kali kita pergi berdua ke Bandung." Kini dia yang tertawa, sepertinya aku benar membaca niat tersembunyinya. 

"Memang jelas banget ya?"

"Iya. Sampe aku kadang harus pura-pura nggak ngelihat niat terselubung kakak."

"Pertanyaan ketiga, kenapa kamu yakin kalau aku suka sama kamu?" 

"Kenapa rasanya makin susah ya? Aku jadi bingung." Pertanyaan ketiga menganggap kalau aku terlalu pede mengenai kak Arya mencintaiku. Aku jadi malu sendiri. 

"Harus dijawab, coba dipikirin pelan-pelan." Aku menarik napas panjang untuk mengikuti intruksi dia. Selama sejenak aku terdiam lalu memilah kata yang terbaik untuk menjawabnya. 

"Kenapa aku yakin kakak suka sama aku, itu karena aku merasakannya. Aku menyadari kalau ada kesan tersirat kakak tertarik padaku, sikap dan tatapan kakak itu beda kalau berinteraksi sama aku. Kurang lebih kesan itu sengaja terus-menerus menekanku dan memberi tahu aku." Gugup mendadak merayapiku. 

Trust Your Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang