Twenty Two

22 2 0
                                    

Pagi ini kami sudah tiba di Seoul, tepatnya di SMA kami. Dunia masih gelap, hanya cahaya lampu yang menerangi sekeliling kami. Ini juga salah awan, kenapa mereka berkumpul menjadi satu sampai-sampai bintang, bulan, dan langit tak terlihat sedikitpun.

Bu Lia mengambil mic yang ada di depan bis dan mulai memberikan beberapa ceramah pagi mengenai bagaimana cara kami pulang kerumah dan sekolah hari ini yang dicutikan.

"Masih jam satu pagi, Ibu harap kalian sudah menghubungi orang tua kalian. Dan ingat ya! Dilarang dijemput sama pacarnya atau kakak ketemu gede! Paham?"

Itu adalah ceramah terakhirnya sebelum kami turun dan mengambil barang dari garasi.

"Lo pulangnya gimana?" tanya Dowoon padaku.

Saat ini kami sedang berada di ruang OSIS bersama dengan Brian dan Yerin. Chaeyeon dan Jae sudah pulang lebih dulu.

"Gatau nih, kak Chanyeol kayaknya masih tidur deh. Gue bilangnya pulang jam delapan soalnya, hehe."

Mereka mengusap wajahnya kasar, muka bantal.

"Kalian gimana?" tanyaku balik kepada mereka.

Aku melihat wajah mereka satu persatu. Yerin tersenyum kaku, sepertinya ia akan mengunggu bus pagi nanti jam lima. Maklum saja, keluarga Yerin sudah bangkrut semenjak kejadian ayahnya itu.

Dowoon terlihat serius dengan ponselnya, sepertinya orang tuanya masih belum membalas pesannya. Sedangkan Brian, ia tertidur pulas di sofa yang ada di dekat pintu.

"Ntar bareng gue aja Rin. Tapi nunggu abang gue bangun," kataku pada Yerin.

Karena tak kunjung mendapat kepastian, kami akhirnya memutuskan untuk menonton film menggunakan laptop OSIS sembari menunggu balasan dari keluarga kami.

"Wa!" jerit kami ketika jump scare datang.

"Woi brisik tau! Jam setengah dua ini!" teriak Brian yang belum tau jika kami menonton film horror.

"Anjir! Jam segini nontonnya film- anjir kalia emang!" makinya sembari berlari ke arah kami.

Dowoon memeluk tubuhku yang ada di sampingnya. Saat ini posisi kami adalah, Dowoon, aku, Yerin, dan Brian.

Aku lupa, ruang OSIS ini letaknya di pojok sekolah yang dekat dengan halaman belakang sekolah. Sepertinya aku akan memilih menunggu matahari menyingsing untuk keluar dari ruangan.

"Woon! Geli gue! Lo nggak lagi modus kan?" kataku karena merasa risih dan geli dengan perlakuan Dowoon.

"Setan lo Ju! Ini gue beneran takut anjir! Mana kebelet kencing lagi! Siapa sih yang milih film horor!" katanya kemudian bersembunyi di pelukan ini lagi.

Aku memukul punggungnya, "Lo sendiri blok!"

"Gue juga kebelet kencing anjir!" kata Brian kemudian berdiri dan jongkok di samping Dowoon.

"Yudah sana kencing," kata Yerin yang juga sedang berlindung dengan tangannya.

Mereka kompak menggelengkan kepala mereka. Sepertinya mereka terlalu takut karena film yang sedang kami tonton adalah film horor yang berlatar tempat di sebuah sekolah.

Aku aku juga menggelengkan kepalaku untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa ini hanyalah film. Seharusnya aku tidak setakut ini.

"Gue anterin sama Yerin. Ntar kalo ditahan kalian kena kencing batu. Lebih bahaya dari setan!" kataku dengan sedikit berani dan sedikit takut.

Kami sudah bersusah payah mempaus film kemudian berjalan keluar ruangan. Kami saling berpegangan tangan dan berjalan secara berdempetan satu sama lain.

[END] When You Love Someone •• [PARK JAEHYUNG]°°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang