TEN

70 6 13
                                    

Aku terbangun dari tidur pagiku, sama seperti biasanya akibat alaram sialan yang mengingatkanku untuk belajar lebih keras ini.

Aku harap kejadian semalam hanyalah mimpi buruk, aku harap seperti itu. Namun, semakin kupukirkan semakin nyata adanya.

Setelah aku melakukan hal terbodoh yang pernah aku lakukan itu, Jae membeku ditempat. Ia diam tak bisa membuka mulutnya, ia terlalu kaget melihatku menjadi senakal itu.

Minji juga demikian, namun sesaat kemudian ia berdiri dan menampar pipi kananku. Jae tetap diam bahkan tak berkedip sedikitpun.

Sedangkan kak Chanyeol? Entah apa yang ia lalukan.

Pada akhirnya aku harus menganti piring yang pecah akibat Pak Min yang kaget saat melihatku melakukannya.

Aku tidak meminta maaf pada Jae, aku tidak berniat sedikitpun untuk meminta maaf kepadanya atas kejadian gila itu.

Aku tidak menyesal telah melakukannya. Aku terlalu menyayanginya. Aku suka jika itu adalah yang pertama untuknya. Aku yakin itu.

“Dek!  Sarapannya udah siap!” kak Chanyeol sekarang lebih sopan kepadaku.

Seperti saat ini, ia mengetuk pintu kamarku dan menyuruhku sarapan dengan halus.

“Bentar kak, Yuju beresin buku sekalian ganti seragam,” kataku kemudian membereskan buku yang tadi kupelajari ini.

Aku bergegas menyantap sarapanku ini, sungguh aku tak sabar untuk pergi ke sekolah. Aku tak sabar melihat wajah baru siswa kelas 10, dan juga wajah lama Jae.

“Pelan-pelan makannya! Nggak bakal telat kamu!” kata kak Chanyeol yang tidak mengerti apa yang kupikirkan.

“Kakak mau anter aku? Atau aku bawa mobil aja? Hehe,” kataku dengan tawa diakhir.

“Bawa mobil aja sana, males kakak ke sekolah kamu. Ntar digombalin temen-temen kamu kayak waktu itu lagi,” jelasnya kemudian melanjutkan makannya.


.

Seperti yang kak Chanyeol katakan tadi, hari ini aku berangkat menggunakan mobil sport merah kesayangan kak Chanyeol.

Sengaja memang, kapan lagi kak Chanyeol mengijinkanku mengendarai mobil kesayangannya ke sekolah? Takut lecet katanya.

Sesampainya di sekolah, aku berlari menuju papan pengumuman. Dengan segenap doa, aku berharap mendapat kelas nyaman dan teman-teman yang nyaman pula.

12-2? Damn! Letak kelas itu? Ah! Apa maksudnya ini? Kelas itu adalah kelas lamaku, 11-1? Kenapa kelas 12 ada di lantai 2? Dan itu hanya kelasku?

Saat ku baca nama-nama temanku, ternyata aku sekelas dengan Hanbin, June, dan Jae? Takdir apa ini?

Ada satu nama yang asing namun tak asing bagiku? Bagaimana aku menjelaskannya? Ia bukan siswa dari kelas 11 tapi aku seperti tak asing dengan namanya.

Jung Jaehyun?

“Sahabatnya Jae?” gumamku.

“Yuju! Dicariin Dowoon di lapangan,” kata salah satu temanku.

Aku lupa! Seharusnya aku langsung pergi ke lapangan! Aku sudah telat limabelas menit! Mati aku!

Aku berlari ke arah lapangan, dan saat itu juga aku berpapasan dengan Jae yang sedang berjalan dari arah lapangan. Masa bodoh dengannya, saat ini Dowoon lebih penting! Meski ia satu geng dengan Jae.

“Woon! Maaf! Sumpah gue tadi dateng jam 6! Yakin! Tanya Pak Lee satpam aja kalo nggak percaya!” kataku sedikit ngos-ngosan.

“Ketua nggak becus dasar!” katanya tapi hanya sebatas gurauan.

Kami memang selalu seperti ini.

“Nggak gue kasih jatah makan siang lo! Titik!” kataku sembari melihat-lihat tumpukan kertas di meja lapangan.

“Becanda doang elah, baru putus jadi tambah galak deh, heran!”

Aku membulatkan mataku, hampir saja tanganku terangkat untuk memukul wajah sialannya.

“Tiga hari nggak dapet jatah makan siang! Coretin nama dia di daftar dek, tolong!” kataku dengan sedikit kesal pada Chanwoo, adek kelasku yang menangani konsumsi acara ini.

“Beneran kak?”

“Bodoamat sih, kan yang ambil ketringan gue!” kata Dowoon kemudian pergi ke ruang OSIS.

Kini aku mulai fokus lagi pada lembaran yang berisi jadwal acara hari ini.

“Dek, liat kertas yang tadi udah aku pisahin nggak? Kertas dispensasi punyaku? Kayaknya aku taroh disini,” tanyaku yang sedang sibuk mengobrak-abrik lembaran kertas yang tergeletak di meja lapangan.

Kulihat Chanwoo juga sedikit bingung dan berfikir.

“Tadi dibawa kak Dowoon nggak sih kak?”

“DASAR DOWOON SAITON!” teriakku sembari berlari ke arah ruang OSIS.


.


Acara sudah dimulai sejak pagi tadi. Wajah-wajah baru yang berusaha aku kenal itu mengingatkanku tentang hari pertamaku masuk SMA.

Hari yang membuat seluruh tubuhku berguncang seolah terjadi gempa dengan jantung sebagai episentrumnya.

Jae, jika saja kita tidak bertemu hari itu, mungkin aku masih tetap berandai-andai tentang kamu. 

Jika saja aku bisa memutar waktu, mungkin saat ini juga aku tidak kembali berandai-andai tentang kamu.

‘Let me love you, today’
Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana cara kamu megungkapkan cintamu padaku.

Aku masih mengingat betapa irinya siswa lain yang melihat kejadian itu.

Kenagan itu terlalu jelas untuk dilupakan. Layaknya brankas yang terkunci dengan sandi-sandi yang hanya diketahui oleh pemiliknya. Kenangan itu tersimpan rapat di dalam otak dan hatiku.

Bodohnya aku!

Sadar!

Sadar Park Yuju!

Kamu yang membuat keputusan ini! Kamu juga yang menyesalinya! Dasar bodoh!

[END] When You Love Someone •• [PARK JAEHYUNG]°°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang