Eighteen

22 2 0
                                    

Seperti yang telah aku rencanakan beberapa minggu yang lalu bersama Dowoon, hari ini kita mengadakan rapat pribadi untuk membahas masalah bis.

Hari ini juga kami mengumpulkan daftar kelompok yang telah mereka siapkan sebelumnya. Aku memang aneh? Bahkan kelasku sendiri belum menentukan kelompok, namun aku sudah memaksa anak kelas lain untuk mengumpulkannya hari ini juga.

"Ntar kelas gue biar gue aja ya Woon? Kelas gue masih susah, belum pada nentuin kelompok," jelasku pada Dowoon yang ikut menariki daftar kelompok bersamaku.

"Heum! Btw sesuai janji gue, Minji nggak sekelompok sama gue."

Aku mencubit pipinya, "Aww lo emang ganteng Woon!"

"Coba aja dulu gue nggak ketemu Jae, mungkin gue udah macarin lo!" lanjutku sembari mengusap kasar rambutnya.

"Sekarang kan lo udah nggak macarin Jae. Kenapa macarin guenya nggak sekarang aja?" katanya dengan wajah serius.

"Lo kemarin aja nolak gue pas gue nembak lo sama Brian, mana gue di katain gila lagi!" kataku dengan wajah cemberut.

"Kan yang nolak lo Brian, bukan gue. Dia juga yang ngatain lo gila, bukan gue," lagi-lagi Dowoon memasang wajah serius.

"Jangan buat gue berubah pikiran deh Woon!" kataku seraya menamparnya pelan menggunakan kertas kosong yang akan ku gunakan untuk mencatat daftar kelompok tiap kelas.

"Becandaa elah gue! Tapi kalo lo mau sama gue, gue mau mau aja sih. Kapan lagi punya pacar pinternya minta ampun kayak lo!"

"Aw! Ampun Nyonya Park!" Kali ini aku menamparnya lebih keras.

.

"I feel like I become a zombie"

Seseorang menepuk pundakku dari belakang yang mau tidak mau memaksaku untuk melepas headphope yang sedang memutar lagu band favoritku ini.

Tak hanya itu, ia juga menganggu waktuku membaca rentetan daftar kelompok untuk study tour ini.

"Kenapa?" tanyaku yang masih belum tau siapa yang menepuk pundakku.

"Kamu sama siapa aja kelompoknya?" ternyata itu Yerin, teman sekelasku.

"Belum tau sih Rin, kenapa emangnya?" tanyaku yang pura-pura tidak paham dengan maksudnya.

"Kalau aku gabung sama kamu boleh nggak?"

Aku melupakan satu hal! Yerin tidak terlalu dekat dengan teman lain. Tapi sepertinya mereka yang tidak ingin terlalu dekat dengan Yerin?

Dengar-dengar Ayah Yerin adalah seorang narapidana akibat tindak kekerasan yang ia lakukan terhadap Yerin dan Ibunya. Aneh memang, seharusnya mereka mendukung dan memberi semangat kepada Yerin, bukan malah menjauhnya seperti ini.

Termasuk aku, bukan maksudku untuk menjauhinya. Hanya saja, aku terlalu sibuk dengan duniaku sampai-sampai aku tidak perduli terhadap orang asing yang ada disekitarku.

"Boleh aja Rin, kamu sendirian apa udah cari temen sebangku?"

"Sendiri," katanya dengan lirih.

Aku kasihan melihatnya seperti ini, bahkan disaat seperti ini, anak lain masih mengunjingnya di belakang kelas.

"Pas ya, depresi ketemu depresi!" seru seseorang dari bangku belakang.

Sepertinya ia menyindir kami.

"Maksud lo, gue?" tanyaku memastikan.

Ia Han Ara, biang gosip di sekolah ini. Sialnya aku harus satu kelas dengan ratu gosip sepertinya.

[END] When You Love Someone •• [PARK JAEHYUNG]°°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang