b a g i a n | 0 | Rumpang
————————————
.
.
.
.
.
.
.
"AYO cerai."
Angin yang berhembus dengan perlahan tengah menyampaikan sebuah sapaan secara tiba-tiba, ia menerobos ruang rungu dua anak lelaki yang masih belajar melipat baju seragam mereka di ruang tamu sebuah rumah kecil. Ibu dari dua anak tersebut berdiri dengan kaki dan tangan yang penuh keringat. Ia berkata dengan getar yang kentara.
"Ada apa ini?"
Satu-satunya lelaki dewasa yang berada di sana menolehkan kepala dengan cepatnya. Ia terkejut bukan main sehingga remot tv yang dipegangnya terjatuh dan menimbulkan suara nyaring. Beranjaklah ia untuk menghampiri dua anak lelaki tadi yang sedang belajar sembari bermain-main.
"Aku rasa kita nggak bisa lanjut, Jovan."
"Nindy, kita bicarakan nanti. Ada anak-anak."
Wanita yang usianya memasuki kepala tiga tersebut menengadah, menatap wajah sang suami dengan rasa gundah. Tak dapat membendung rasa yang semakin membuncah, tangisnyapun pecah.
"Aku nggak bisa lanjut, Jo ... kita sudahi saja." Nindy berkata dengan terpaksa. "Ayo sudahi semuanya, aku dan kamu bisa bahagia di jalan kita masing-masing."
Lelaki dewasa tersebut berasma Jovan, ia menarik wanita itu guna menenangkannya yang tengah diselimuti rasa cemas tak berujung. "Nindy, kita bisa sama-sama. Kamu yang tenang, Sayang. Hey, kamu kenapa? Apa yang mengganggu kamu?"
Tidak ada jawaban yang terdengar, hanya isakan yang menggema di ruang tamu yang tak seberapa besar. Jovan membiarkan Nindy bersandar pada dadanya yang luas. Lelaki tersebut tak dapat beranjak, ia mengelus kepala Nindy pelan-pelan, berharap tangisnya dapat mereda dengan segera.
"Mama kenapa nangis? Papa nakal?" Nindy kemudian menunduk, ternyata anak bungsunya menarik-narik kaus wanita itu sedari tadi. Dengan mata yang berkaca-kaca, ia bertanya. "Mama kenapa?"
"Kak Dovan, ajak Adek ke kamar dulu ya. Nanti Papa susul," Jovan memerintah anak sulungnya. Lantas si Sulung berjalan mendekati adiknya, ia menarik anak itu untuk melaksanakan titah Papa. "Nindy, kita bicara di kamar saja."
Suara langkah kedua anak lelakinya perlahan meredup seiring bayangnya yang juga terbenam dibalik pintu kamar. Dirasa sudah jauh, Jovan membawa istrinya masuk ke dalam ruangan yang menyisakan mereka berdua. Di balik dinding yang catnya mulai mengelupas, Jovan menatap istrinya lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang | haechan
General FictionLugas Dikta Adiguna selalu ingin menyelesaikan paragraf rumpang dalam satu kisah yang ditulisnya bertahun-tahun lalu. Paragraf tersebut berisi deskripsi pasal keluarga, Mama, Papa, Kakak, dan segenap tokoh lain yang ia idolakan. Dahulu sekali ketik...