27 | Dunia kejam banget Ay

1.9K 355 75
                                    

b a g i a n | 27 |  Dunia kejam banget Ay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

b a g i a n | 27 |  Dunia kejam banget Ay

———————————————

.

.

.

.

.

.



Suara nyaring yang ditimbulkan hujan ketika turun adalah hal yang biasa bagi Dikta. Atap bagian belakang rumahnya tidak terbuat dari genting, melainkan dari seng bergelombang yang sudah berkarat sana sini. Bagi Juni hal tersebut adalah hal baru yang paling menarik buat dibicarakan, alih-alih menyejajarkan badannya ke tembok untuk mengusir dahaga serta keringat berlebihnya, Juni malah berdiri di dekat kusen pintu seraya merekam suara asing yang tak pernah mampir di indra pendengarnya.

"Itu anak emang dari lahir kayaknya udah aneh."

Dikta suka menaruh jus buah di plastik kecil, memasukkannya ke freezer, lalu menikmatinya di kala matahari sedang terik-teriknya. Hujan baru saja datang dan seperti yang dibicarakan, Juni tengah terkagum-kagum dengan denting suara hujan yang menghujam atap seng rumah Dikta.

"Dia ngomong pakai saya kamu aja udah berasa anehnya."

Bukan untuk kali pertama Leo duduk di sebelah kulkas seraya memangku sepiring es lilin buatan teman karibnya ini. Bersama dengan Nadesh, biasanya rumah Dikta adalah sasaran terbaik buat menghabiskan sabtu malam ditengah minggu yang pelik. Haelmi dan Loka akan mewarnai penghujung hari mereka, dengan satu dua hidangan yang mengingatkan akan masa bahagia, atau tiga empat saran yang harus mereka gunakan dalam menyusuri jalan menuju dewasa.

"Lo bilang mau jelasin? Ini udah abis lima es lilin satu gelas es teh masih kurang?"

"Maaf-maaf, sampai mana kita tadi?"

Segera selepas Juni duduk bersama dua bocah lelaki yang sedang kepanasan tersebut, Dikta mengembalikan sepiring es yang dipangku Leo ke dalam freezer. Takutnya bukan menceritakan ada apa, Juni sibuk ngunyahin es buatannya.

Leo kepalang sebal, "lo belom cerita apa-apa ya anjing."

"Santai ngab," Dikta menepuk-nepuk lengan Leo. "Ini bocah kerempeng jangan dikatain dulu, kita butuh info."

Leo medesis, menyipitkan matanya sinis. "Tapi dia nyebelin Dik."

"Orang tadi suruhan Papa saya, saya tahu karena saya dengar percakapan Papa sebelumnya." Juni mulai berbagi kisah. "Saya tidak tahu siapa yang dituju, saya cuma tahu dia satu kelas sama saya. Awalnya saya tidak menaruh curiga ke kamu, tapi Papa menyebut nama Jonathan yang barusan saya ketahui adalah nama depan kamu."

Rumpang | haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang