2 | Teh melati paling nikmat

3.5K 597 56
                                    

b a g i a n | 2 |  Teh melati paling nikmat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

b a g i a n | 2 |  Teh melati paling nikmat

————————————

.

.

.

.

.

.

.

"Kalian pilih ikut Mama atau Papa?"

Lagi, kalimatnya sungguh menyakiti.

Padahal Dovan sudah berdoa sepenuh hati, pada akhirnya ketika menjelang pagi, Mama sudah bersiap untuk pergi. Dovan dan Dikta bahkan belum beranjak dari ranjang. Gorden saja belum disibakkan. Papa pasrah, dia cuma memandang keluarga yang ia pimpin tak sebegitu lama.

Dovan bimbang, adiknya masih berkedip lamban. Mengucek matanya beberapa kali, lalu terduduk lesu. "Mama mau kemana?"

"Dovan, Dikta, kalian ikut Mama atau Papa?"

"Memangnya Mama kemana?" Dikta bertanya lagi.

Mama mengembuskan napas lelah, Dovan di kursi belajarnya sungguh terguncang. Ia tidak bisa bayangkan apa-apa saja yang ia lewatkan seandainya berpisah dengan Papa dan Dikta.

"Kamu ikut apa nggak?" Mama balik bertanya. "Dovan ikut Mama, kamu gimana?"

"Dovan belum bilang apa-apa," yang punya nama menyahut.

Mama melirik anak sulungnya, "Mama tau kamu akan pilih Mama. Dikta sama Papa?"

"Aku sama Abang di sini boleh nggak?"

"Nggak boleh."

"Kok gitu?" Dikta memprotes. "Aku maunya sama-sama semua."

"Nggak bisa," Mama menyangkal. "Mama sama Dovan nggak akan pulang. Kamu di sini sama Papa."

Mama sudah berdiri ketika Dikta menarik kausnya, "Mama ..."

"Ayo Dovan, bawa buku-buku kamu."

Ia melangkah ragu. Menatap adiknya yang cengeng dan sedang menangis, meronta tak mau ditinggal Mama. Dovan sungguh terluka, berat hati jemarinya berbenah kala itu.

"Kakak bilang kita nggak akan cerai ... "

Dikta turun ke lantai, memeluk kaki Mama yang tinggi dan kurus. "Berdiri, Dikta."

"Mama ... jangan pergi, Papa, jangan bolehin Mama pergi! Kunci pintunya Pa!"

Papa cuma bisa berusaha tegar saat ini, ditariknya Dikta secara halus. Ia membisikkan beberapa kalimat sehingga anak bungsunya bisa tenang. "Berdiri, anak Papa."

Rumpang | haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang