b a g i a n | 30 | Jalan menuju rumah———————————————
.
.
.
.
.
.
.
Akhir-akhir ini Dikta jarang tidur. Walau Mama ada di sekitarnya, walau Mama merawatnya dengan baik, memberinya makan sesering mungkin, Dikta masih dilanda cemas.
Wiraloka, dia bagaimana?
Dikta sering tanyakan itu ke Mama, tapi kata Mama, Dikta tidak perlu khawatir. Pelan-pelan Mama akan perbaiki seluruh kurang yang Dikta alami. Mama akan minta seseorang merawat Haelmi, pun juga Loka. Tentu tanpa sepengetahuan lelaki itu, sebab Mama tahu seberapa dalamnya rasa benci Loka terhadap dirinya.
Hari ini seperti biasa. Mama akan memasak ditemani Deris (Dikta asing sama nama Deehan, jadi dia panggil Deris aja). Bukan ditemani, lebih tepatnya diajari. Mama cuma bantu-bantu sedikit, terakhir dia masak Dikta sakit perut berhari-hari. Dia jadi trauma.
Dikta pandangi dua orang itu, yang datangnya secara tiba-tiba.
"Mama janji akan berikan semua yang kamu butuhkan. Mama pastikan itu."
"Kita akan ke luar negeri, kita akan jalan-jalan, kita anak nikmati hidup yang seharusnya, Nak. Kamu nggak akan kesusahan lagi."
"Mama akan temani Dikta, Mama akan usaha sebaik mungkin."
Dikta selalu minta kepada Tuhan untuk diberi keluarga utuh. Terkadang ada rasa sesal yang ditahannya. Seharusnya dia bersyukur saja hidup sama Loka dan Haelmi. Walau tidak terlalu kaya, itu seru kok. Dia bisa ikutan Loka buat kerja serabutan, dia bisa isengin Haelmi dan temani wanita tua itu nonton sinetron tiap malam. Dikta bisa bebas kemanapun, menikmati hidup yang sulit, bernapas dengan lega tanpa berpikir apakah hari esok akan menyediakan tempat untuknya.
Sekarang semuanya hilang. Haelmi dan Loka tidak ada dalam ranah pandang matanya. Dia cuma bisa lihat rumah besar yang sepi, ada Mama dan Deris di dalamnya. Walau Mama sudah meminta maaf, meminta Dikta untuk lakukan apapun semaunya, dia masih rasakan sepi yang amat menyiksa.
Jadi manusia itu memang sulit, mereka sukar merasa puas. Apabila sudah hilang harta berharga yang disayangi, barulah sadar bahwa yang dimiliki adalah permata yang tak terhingga.
Dikta bukannya tidak suka bertemu Mama, tentu ia suka dan bahagia. Dia menemukan potongan kalimat yang bisa digunakan buat melanjutkan kalimat rumpang yang belum selesai sejak dahulu. Tetapi dalam situasi sulit begini, dia tidak pernah sangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang | haechan
Narrativa generaleLugas Dikta Adiguna selalu ingin menyelesaikan paragraf rumpang dalam satu kisah yang ditulisnya bertahun-tahun lalu. Paragraf tersebut berisi deskripsi pasal keluarga, Mama, Papa, Kakak, dan segenap tokoh lain yang ia idolakan. Dahulu sekali ketik...