b a g i a n | 11 | Nggak sengaja, daripada dosa
———————————————
.
.
.
.
.
.
.
"Ini Dikta, Ma."Sumpah demi apapun Dikta nggak expect kalau Mama lupa sama dia. Nggak yang pura-pura lupa, tapi memang beneran nggak ingat gitu loh kalau dia punya anak lain selain Dovan. Maka dari itu selepas Dikta perkenalan, dia dipersilahkan duduk. Tadi udah overthinking tuh kalau Mama bakal maki-maki dia, teriak karena dikira Dikta mau nyopet, atau apalah yang kayak di sinetron yang Haelmi tonton. Ternyata enggak.
Sakit sih, tapi enggak seberapa.
"Oalah Dikta ..., duduk Nak."
Mama menurunkan ponselnya, dia sruput es kopi pesanan dia yang udah agak cair dan meninggalkan rasa yang tidak terlalu manis di lidah. Dikta nurut, dia mainin kaki lagi, kuku-kukunya bergemeretak di meja, gugup.
"Mama ingat?"
"Tadi agak lupa soalnya ga pernah ketemu, ternyata Adek udah gede. Sok esnya diminum, tadi Mama pesenin buat orang yang ngajak Mama ketemuan, tapi ga datang-datang. Kamu minum aja biar ga mubazir."
Gincu merah jambu Mama dan anting segede hulahup kayaknya sudah mencerminkan seberapa makmurnya hidup Mama selepas perceraian. Makanya Mama nggak ingat ada satu anak yang pernah dia perjuangkan hidupnya. Tolong dibaca ; Mama lebih sibuk manicure pedicure.
"Mama di Indonesia sudah lama?"
"Lumayan, mungkin seminggu atau sepuluh hari."
Dikta tau dia ini cowok, yang wich is kodratnya harus mencari topik di setiap obrolan. Tapikan doi nggak lagi pacaran! Posisinya dia lagi ketemu Mama yang menghilang sejak lama, haruskah Dikta yang basa-basi haha-hihi biar Mama nyautin dia?
Mama ngga nanyain kabar aku?
"Kamu kuliah di mana?"
"Masih SMA, Ma."
"Oh iya, umur berapa sih Nak?"
Dikta sangsi. Dia beneran Mama bukan sih? Mama dulu pegawai bank, kenapa mendadak nggak bisa ngitung persoalan mudah? Dia sama Dovan beda setahun, kenapa masih nanya?
"Delapan belas, Ma."
"Iya deh! jaraknya enggak jauh ya sama Dovan?"
Dikta mengangguk, alhamdulillah dia beneran Mama. Mari berpositif thinking kalau Mama memang pikun, dapat karma dari Allah karena sok lupa sama Dikta. Mama naikin lengan baju marunnya, wah another rich people staterpack, dia pakai rolex.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang | haechan
General FictionLugas Dikta Adiguna selalu ingin menyelesaikan paragraf rumpang dalam satu kisah yang ditulisnya bertahun-tahun lalu. Paragraf tersebut berisi deskripsi pasal keluarga, Mama, Papa, Kakak, dan segenap tokoh lain yang ia idolakan. Dahulu sekali ketik...