b a g i a n | 22 | Menjadi seperti yang kamu mau
———————————————.
.
.
.
.
.
.
Sebetulnya kalau kita menilik kepada satu atau dua tahun lalu, sosok Dikta itu terkenal karena dirinya yang pemberani dan tidak pandang bulu buat membela adil. Namanya cukup tersohor karena kasus besar yang melibatkan anak pejabat ternama yang menyeret dirinya ke jalur hukum. Dikta hampir jadi narapidana seumpama Wiraloka memilih diam alih-alih membela keponakan tidak tau dirinya itu.
Dikta masih ingat betul saat tawa rivalnya mengema sehabis memukuli Nadesh dan Leo dalam satu tempat. Haje dan kelakuannya yang diluar nalar. IQ Dikta tidak sampai ... maksudnya apa serunya main gebuk-gebukan? Bukannya bikin capek? Bukannya bikin badan sakit semua?
"Lo nggak perlu ikutan, anak tikus. Jangan gangguin gue, ini lagi seru banget," Nadesh waktu itu masih kerempeng. Kayaknya sama Mamanya cuma dikasih nori sama keripik tempe. Sampai-sampai ketika lengannya dipijak pakai sepatu pantofelnya Haje saja dia mati rasa.
"Lo ini gila apa gimana sih heran gue, tiap hari ada aja yang dibikin sekarat," Dikta berkacak pinggang. Tadi Leo melapor ke guru, tapi tidak ada tindakan. "Siniin."
Dikta ambil hape Haje yang dia gunakan buat merekam detik-detik terakhir Nadesh yang mau pingsan. Darah dimana-mana, di seragam Nadesh, di jemari Haje, di paving, di sudut bibir dan kening Nadesh. Sumpah, mirip film thriller. Ini sih bukan dilan milea lagi genre filmnya, udah mirip sama headshot.
Sebelum Haje ambil lagi hapenya, Dikta berniat buat mengambil lalu menghapus video-video Nadesh dan Leo yang direkam sama Haje. Dua anak itu sudah cukup dipermalukan tiap kali bertengkar, mereka selalu kalah. Nggak lagi, jangan sampai videonya disebar. Lebih baik dikirim ke guru buat jadi bukti kalau salah satu murid kebanggaannya ini gemar melakukan kekerasan.
"LO APA APAAN, DIKTA!"
"Diem dulu, signalnya jelek. Lagi ngirimin video lo yang nyiksa temen-temen gue. See you di penjara ya," saking fokusnya Dikta sama video-video itu dia sampai nggak sadar kalau ada satu folder berisi foto teman perempuannya yang hampir terlanjang. Dia syok, di sisa-sisa tenaganya, Nadesh memegang kaki Haje biar Dikta melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. "Gila ... ini Aya pacar lo kan?"
Mata Haje mendadak antusias, hilang seluruh tatap tajamnya.
"Lo mau video dia yang ga pake baju kaga? Seratus ribu buat semenit," Haje menendang Nadesh sekuat yang dia bisa, akhirnya anak itu pingsan setelah mengerang cukup lama. "Dik gue tau sebenernya lo tuh caper ke gue biar dibagiin gratis videonya Aya. Asli dalemnya tuh asik banget, lo harus nonton. Trial dulu lah kalau doyan nanti langganan ke gue, harga temen lima puluh lah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumpang | haechan
General FictionLugas Dikta Adiguna selalu ingin menyelesaikan paragraf rumpang dalam satu kisah yang ditulisnya bertahun-tahun lalu. Paragraf tersebut berisi deskripsi pasal keluarga, Mama, Papa, Kakak, dan segenap tokoh lain yang ia idolakan. Dahulu sekali ketik...