10 | Mengejar asap sembari menggenggam api

1.9K 442 170
                                    

b a g i a n | 10 |  Mengejar asap sembari menggenggam api

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

b a g i a n | 10 |  Mengejar asap sembari menggenggam api

———————————————

.

.

.

.

.

.

.


Mari menatap beberapa kertas soal yang sudah lecek karena habis di remat oleh pemiliknya, Juni.

Ini soal Bahasa Inggris basic milik Juni yang dirobek dari buku latihan soal. Dia menyuruh Dikta mengartikan dan menggaris bawahi kosa kata yang susah, sama Dikta digarisin semua sampai habis. Ya siapa yang nggak emosi? Apalagi hari sudah malam. Berjam-jam mereka menghabiskan waktu dan nggak menghasilkan apapun.

Juni menarik kata-katanya deh, tentang menghabiskan waktu bersama teman lebih menyenangkan. Enggak, Dikta lebih menyebalkan dari kumbang yang nangkring di hidung Juni dan mengakibatkan anak itu bersin-bersin sampai lelah. Ini lebih berkali-kali lipat.

"Selain nyusahin orang, peran kamu selama hidup di dunia ini apa, Dikta?"

Dikta mengesah, "bentar. Jangan mengalihkan topik, gue minta lo ajarin gue seputar soal olimpiadenya doang. Kenapa belajar bacaan-bacaan anak SD gini?"

"Dimana-mana belajar itu dasarnya dulu. Nggak bisa langsung loncat ke tingkat situ. Kalau kamu belajar naik motor, kamu belajar apanya dulu? Cara gasnya? Ya mati lah!"

"Iya tapi ini beda, nggak nyambung sama contoh soal olimpiade!"

"Kita nggak bisa memprediksi soalnya seperti apa, ya dipelajari semua dong. Kamu ini murid tapi kok nggak sopan sama gurunya?!"

"Ck, kita sebaya."

Juni mendengkus untuk kesekian kalinya. Dia memencet tombol di rak buku, mencari udara segar karena rasanya sungguh sesak. Juni nggak paham bagaimana cara belajar Dikta selama ini sehingga dia terus bertahan di peringkat pertama.

Yang ada di base sekolah itu bohong. Tentang nilai Dikta yang jelek dan memalukan. Kalau IP persemesternya saja 90 lebih dan mereka bilang itu jelek, lalu Juni dan sederet teman-temannya menyandang gelar apa?

Tok tok.

"Juni?"

Tidak ada jawaban. Juni diam begitu mengenali suara yang memanggil namanya. Itu istri Papa, ibu tirinya. Dia membawa satu nampan berisi dua mangkuk mie kuah soto yang asapnya masih mengepul.

"Mama bikinin ini aja, hujan-hujan kayaknya enak makan mie."

"Terimakasih, Tante Nindy."

"Sayang, panggil saja Mama. Tante terlalu asing, kamu juga anakku, sama seperti Dovan."

Rumpang | haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang