Bonus Chapter #4

62 8 0
                                    

1 minggu berlalu.

Hari Sabtu kali ini, ONEUS dan keenam gadis itu tidak bertemu satu sama lain seperti rutinitas mingguan mereka biasanya.

Hal itu disebabkan Keonhee dan Hwanwoong yang jadwalnya semakin padat karena sudah h-1 bulan sebelum projek besar kampus mereka dilaksanakan. Jadi, Keonhee dan Hwanwoong sibuk berlatih dan mengurus acara tersebut.

Ditambah lagi Xion dengan segala tugas DKVnya yang membuatnya begadang hampir setiap hari, sampai-sampai Yeona mengkhawatirkannya lebih dari orang tua Xion. 

Maka dari itu, Sora memilih untuk berjalan-jalan di mall sendirian untuk menenangkan pikirannya. Sora memang terlihat santai, namun berkuliah di fakultas MIPA tentu sangat menguras pikiran dan tenaga.

Ia harus mempelajari materi sebanyak mungkin, karena takut jika ditunda-tunda ia tidak akan bisa menyusulnya.

Lagipula gadis itu tidak mau mengecewakan orang tuanya. Ia sudah tidak masuk fakultas hukum seperti keluarganya dan memilih fakultas MIPA. Sebenarnya ia sudah ikut tes mandiri untuk fakultas ilmu budaya dan bahasa jurusan sastra Inggris, namun malah gadis itu diterima di FMIPA.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, karena ia memang pintar dalam mata pelajaran biologi, kimia, dan fisika, ia memilih FMIPA sebagai fakultas kuliahnya dan bercita-cita masuk akademi skating setelah ia lulus kuliah nanti.

Ia masih ada harapan untuk bersekolah menjadi atlet skating. Dan ia tidak akan meninggalkan mimpinya itu.

Sora melihat-lihat etalase yang ada di dalam mall tersebut. Namun, rasanya membosankan.

Sora berulang kali mengecek ponselnya, siapa tahu Ravn memberinya pesan. Tetapi hasilnya nihil. Ravn tidak kembali ke sisinya. Semua sosial medianya masih menghilang. Bahkan ini sudah hampir 1 tahun lebih 5 bulan setelah Ravn pergi.

Sora berjalan lunglai. Perempuan itu nampak tidak semangat. Pelupuk matanya digenangi air mata, ia siap menangis kapan saja namun ia harus menahannya karena ini tempat umum.

Perempuan itu berjalan menuju sebuah cafe yang ada di mall tersebut. Setelah memesan minumannya, Sora duduk di sebuah meja bernomor 12.

Sora menyeruputnya matcha lattenya lalu menghembuskan nafas panjang. Pikirannya masih berkutat pada Ravn. Dan itu terus terjadi dari saat Ravn mengabarinya secara tiba-tiba bahwa laki-laki itu harus pergi ke Inggris untuk berkuliah.

Sampe kapan dah gue mau nunggu Ravn kayak begini, pikir Sora bingung.

Ia lelah. 

Ia sudah terlalu lelah untuk terus menunggu Ravn yang bahkan ONEUS sendiri tidak tahu bagaimana kabarnya. Mereka saja tidak diberitahu, apalagi Sora.

"Ayolah sekarang gue bingung harus ikutin kata-kata Hani apa enggak... Itu orang ada benernya juga sih, tapi gue gak rela lepasin perasaan gue ke Ravn begini," ujarnya pada dirinya sendiri.

Sora mengacak-acak rambutnya. Wajahnya terlihat muram. Ia mengeluarkan ponselnya lalu membuka room chatnya dengan Ravn. Padahal akun Ravn sudah menghilang, Sora masih saja setia membaca pesan-pesan singkat yang Ravn berikan untuknya sejak kelas 11.

Ia terus membaca pesan-pesan itu sampai tidak terasa air matanya mengalir di pipinya. Sora mengusap air matanya.

Gue gak boleh nangis disini, pikir Sora menguatkan dirinya.

Ia menggigit bibirnya sendiri. Berusaha menahan isak tangisnya saat ia tiba-tiba mengingat suara Ravn yang menyatakan bahwa laki-laki itu mencintainya.

Good Bullies || ONEUS [COMPLETED✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang