Chapter 7

160 23 2
                                    

Xion melangkahkan kakinya bersebelah dengan Yeona. Sore hari itu, Xion meminta Yeona untuk mengizinkannya mengantar perempuan itu kembali ke rumahnya. Pada awalnya Yeona sudah menolak, bisa dihitung sudah 5 kali Yeona menolak Xion untuk mengantarnya pulang di hari yang sama.

Namun, Xion selalu saja punya alibi yang kuat untuk membuat Yeona mengizinkannya mengantarkan dirinya kembali ke rumahnya.

Sebenarnya Yeona tidak keberatan, namun setelah beberapa kejadian yang menimpanya, ia jadi malas berdekatan dengan Xion karena selalu saja membawanya kedalam situasi tidak baik.

Yah, Yeona hanya bisa mengatakan "yaudah" karena Xion memberikan jaminan bahwa Yeona akan sampai di rumah dengan selamat.

Sekarang kedua orang itu sedang berjalan menyusuri sebuah gang kumuh. Xion memarkirkan motornya didepan sebuah restoran di depan gang tersebut lalu turun untuk ikut berjalan bersama Yeona. Motornya tidak muat untuk bisa masuk ke dalam gang sempit tersebut.

Xion berkali-kali mengusap lengannya yang terus menerus merinding. Ketika laki-laki itu melihat tikus mati, atau tumpukan sampah, atau bahkan genangan air kotor dan berbau, ia akan merasakan mual dan merinding di bagian tengkuknya.

Yeona menatap wajah Xion berkali-kali, melihat bahwa laki-laki itu tidak nyaman berada disini sekarang. Bisa terlihat dari wajah Xion yang sudah pucat.

"Udah gue bilang, lo enggak usah antar gue," ujar Yeona lalu mengalihkan pandangannya dari wajah Xion.

Xion menggeleng. Ia tetap bersikeras akan mengantar Yeona sampai ke rumahnya.

"Gue tahu lo enggak terbiasa sama lingkungan kayak begini. Makanya gue bilang gausah antar gue balik," lanjut perempuan itu.

"Gapapa, biar terbiasa," balas Xion dengan nada dingin.

Yeona mendengus.

"Enak pasti hidup jadi lo. Orang kaya, enggak perlu ngerasain beginian," celetuk Yeona tiba-tiba.

Xion memandang Yeona dengan tatapan bingung.

"Gue tahu kok semua member ONEUS orang berada. Posisi keluarga kalian bahkan tercatat di daftar orang terkaya di Indonesia," ujarnya lagi.

"Gue pengen hidup kayak kalian. Tapi takdir berkata lain dan gue bisa masuk sekolah yang sama kalian aja gue udah bahagia walau make beasiswa. Gue mengakui yang dibilang Sihyeon benar. Gue emang miskin dan gak seharusnya ma-"

"Bawel," potong Xion kesal.

Yeona mengatupkan bibirnya lalu menoleh takut-takut ke arah Xion yang kini menatapnya tajam. Dengan cepat Yeona langsung menunduk ke bawah.

"Mau lo kaya atau miskin, gak seharusnya dibully dan ngebully. Setiap orang punya hak kebebasan dan lo bebas ngelakuin apa aja yang lo mau asal gak ngerugiin orang lain," sambung laki-laki es itu.

Yeona meneguk salivanya takut. Jantungnya berdegup sangat kencang begitu mendengar nada datar itu keluar dari mulut Xion.

"Gu-gue kan cuma membenar-"

"Rumah lo yang mana?" tanya Xion lagi-lagi memotong perkataan Yeona.

Yeona mengangkat kepalanya dan mendapati dia sudah berada didepan rumahnya.

"Ini, yang cat biru," jawab Yeona lalu membuka gerbang besi yang sudah mulai berkarat.

Xion memasukkan kedua tangannya ke saku celananya lalu berjalan masuk mengikuti Yeona.

"Nek, Yeona pulang," ujar Yeona saat mereka berdua sudah berada di teras rumah Yeona.

Yeona membuka pintu utama rumahnya lalu segera disambut seorang wanita paruh baya yang sedang menggendong kucingnya.

Good Bullies || ONEUS [COMPLETED✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang