Edia binggung memilih kantin yang hampir semua ada kakak kelasnya dan dijaman itu senior junior masih berlaku.
Edia sungkan jika harus bergabung dengan kakak kelasnya.
"Yook ikut aku" lagi lagi Dinar menarik lengan Edia untuk mengikutinya.
Dinar membawanya berkumpul dengan anak anak kelas 1 yang lain, dimana sudah ada Bowo, risab dan banyak lagi anak kelas 1 dari kelas lain juga.
"Edia kamu duduk disini aja" Dinar menyuruhnya duduk padahal kursi yang kosong tinggal satu tempat itu.
Edia tentu menolak "gak, kamu aja yang duduk, aku gak apa apa kok makan sambil berdiri" jawab Edia karen tidak enak dengan Dinar.
"Udah gak apa apa, kamu aja yang duduk" ucap Dinar tidak mau kalah.
"Kamu aja" Edia
"Kamu aja Edia" Dinar.
Bowo berdiri lalu mengangkat kursinya dan meletakkannya dibelakang Edia lalu Bowo mendorong pundak Edia agar dia terduduk "udah kamududuk disini aja, aku udah selesai makan" ucapnya lalu pergi.
"Tunggu, kamu mau kemana?" Teriak temannya yang benama Rozy.
"BOKER HAHAHAHAHA?" Jawab Bowo dengan lantang lalu lari sebelum mendengar umatan umantan temannya.
"Anjing" umpat Edia.
"Kamu mau pesen apa biar aku pesenin" tanya Dinar dengan raut muka yang kelihatan datar.
"Soto aja tapi jangan kasih sambel ya aku punya maag soalnya" jawab Edia lalu diangguki Dinar.
5 menit mereka menunggu ibu kantin yang sering dipanggil mbok rondo (padahal suamibya masih sehat walafiat) datang membawa dua mangkuk soto.
"Ini yang gak pake sambel dan inget disini gak boleh ngutang atau motor kalian mbok rondo sita" ucapnya lalu pergi.
Dinar dan Edia hanya nyengir lalu mengangguk bareng bareng.
"Loh si ganteng yang tinggi itu kemana, telornya baru mateng" tanya mbok rondo.
"Maksud mbok si Bowo?" Tanya Edia.
"Ah iya, tadi dia memperkenalkan diri katanya namanya Bowo, untung udah bayar" ucap mbok rondo.
Edia mengusap tengkuknya merasa tidak enak dengan Bowo lalu beberapa kali menoleh keluar berharap Bowo kembali.
"Setan, apa yang gue pikirin" gumamnya lalu melanjutkan makannya lagi.
"Kamy gak suka ayam ya, kok kamu sisihin?" Tanya Dinar.
"Gak suka aja"
"Kenapa?"
"Orang tua aku peternak ayam, bosen"
"Oh ya, buat aku ya" Dinar lalu mengambil sendok Edia buat mengambil ayam dari mangkuknya.
"Jijik banget sih, itu sendok bekas aku"
Dinar hanya nyengir menghiraukan ucapan Edia.
Cup.
Tiba tiba ada yang mencium pipi Edia.
"Anjir lembut woy, wangi lagi!" Sorak sang tersangka pencium pipi Edia.
"BABI, apa maksud kamu!" Kesal Edia.
"Penasaran, habisnya aku perhatiin dari tadi pipi kamu mengembung gembung minta dicium"
"Aku lagi makan dancok!" kesal Edia.
"Udah gak usah diladenin, cepat habisin makanan kamu " ucap Dinar dingin.
"Tapi"
"Woy Jik, apa cewek kamu kurang banyak diluaran sana sampe sampe kamu nafsu sama Edia?" Ucap Risab yang notabene dulunya satu SMP dengan pelaku penciuman pipi Edia.
"Apaan sih Ri, cewek aku emang banyak tapi gak ada yang secantik dan seimut makhluk didepanku ini" Ajik mengulurkan tangannya bermaksud mengusap rambut Edia tapi keburu Edia berada dipelukan Dinar jadilah rambut Dinar yang Aji usap.
"Idih najis" buru buru Ajik mengangkat tangannya.
"Udah yok kekelas lagi" ajak Dinar.
"Bentar Din, gue trakrir aku hari ini" Edia menghampiri mbok rondo buat bayar lalu ia mengambil beberapa bungkus roti dan satu susu kemasan.
"Kamu masih laper ya Ya"
"Ya?"
"E di a?"
"Mau panggil kamu secara singkat susah, hehe"
"Terserah"lalu Edia dan Dinar keluar kantin.
"Dadah cantik" ucap Ajik yang masih sempat menggoda Edia.
"Najis" Edia lalu mengacungkan jari tengahnya.
"Tungguin" teriak Risab.
Dinar menoleh kebelakang lalu menarik tangan Edia berniat mengajaknya lari meninggalkan Risab.
"Woy anjing, tungguin aku woy" teriak Risab.
"Gak mau" teriak Edia sambil tersenyum manis dengan pencahayaan matahari dan rambutnya yang ikut mengayun, membuat beberapa orang yang melihatnya terpesona termasuk kakak kelasnya yang kebetulan mereka lewati.
"Wangi coklat" gumamnya lalu tersenyum kecil masih melihat Edia berlari dikejar temennya.
"Kamu liat apa?" Tanya temannya.
"Nothing"
.
Dinar dan Edia masuk kelas dengan terengah engah disusul Risab dari belakang.
"Sialan" ucap Risab.
"Sorry sorry" ucap Dinar lalu duduk dibangkunya.
Edia mengedarkan pandangannya mencari sosok Bowo tapi tidak ada dikelasnya.
Ia menghampiri salah satu teman Bowo yang bernama Gilang "lang Bowo dimana?"
"Katanya tadi dia kelapangan belakang sekolah" jawab Gilang.
"Thanks ya" ucap Edia.
Ia berniat menyusul Bowo.
"Mau kemana Ya? Tanya Dinar.
"Boker" ucapnya.
"Ya udah sana, kalo pipis aku ikut" ucapnya membuat Edia mengrenyit heran tapi tak ia hiraukan.
Setelah sampai dilapangan, ternyata banyak anak anak bermain sepak bola, Edia mengedarkan pandangannya, melihat Bowo sedang main disana.
"Bego, udah tahu belum sarapan malah main bola" gumamnya.
"BOWO" teriak Edia agar Bowo langsung mendengar teriakannya lagian 5 menit lagi bel bunyi menandakan istirahat selesai.
Bowo mengitrupsi teman temannya untuk keluar lapangan duluan.
"Alah dipanggil pacarnya langsung kicep" ucap salah satu temennya.
"Anjing" ucap Bowo tetap berjalan menghampiri Edia, untung posisinya agak jauh, jadi Edia tak mendengar ucapan temannya Bowo.
Mulut Ediakan luar biasa tajem.
"Ada apa?" Tanya Bowo.
"Lain kali gak perlu bohong, ini makan" ucap Edia menyerahkan kantong plastik berisi roti dan satu kotak susu. Lalu pergi dengan langkah yang lumayan cepat.
Bowo melihat isinya lalu tersenyum aneh.
"Cieh, dapet makanan dari pacar emang beda, sini bagi" ucap temannya yang ikut berhenti bermain.
"Enak aja, beli sendiri" Bowo memeluk bukusan plastik itu lalu pergi meninggalkan mereka yang rata rata kakak kelasnya itu.
"Dasar adik kelas tidak tahu diri"
"Namanya juga jatuh cinta njing"
Mereka hanya menggelengkan kepala heran melihat tingkah kekanakan Bowo.
Tbc.
Jangan lupa vote dan komen yah
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA DI MASA STM.
Teen FictionIni kisah Anak STM tahun 2008 disebuah kota kecil lebih tepatnya di salah satu pesisir dipulau Jawa Timur. Dimana waktu itu di STM hanya terdapat murid laki laki dan misalkan ada satu murid perempuan yakinlah dia lebih laki laki daripada laki laki i...