Melihat Edia masuk kelas disusul Bowo membawa bingkisan plastik pujya Edia, membuat Dinar menatapnya tak suka.
Selama jam pelajaran sampai istirahat Dinar mendiamkan Edia. Awalnya Edia merasa biasa saja tapi saat Edia mengajaknya kekantin lagi Dinar tidak menjawabnya dan langsung meninggalkannya sendiri.
Sedangkan siperusuh Bowo sedang mengurus keikutsertaannya kelas TAEKWONDO, Edia merasa sedikit tenang tidak ada yang mengganggunya dikelas.
Edia hanya duduk ditempat duduknya mengingat ingat apa dia punya salah dengan Dinar atau yang lain.
"Mungkin Dinar lagi ada masalah" gumamnya.
"Oi Edia"
"Ya?"
"Kamu tadi ngerti gak apa yang dijelasin sama pak Agus?" Tanya Risab.
"Ngerti"
"Kamu ajarin aku ya?"
"Sini"
Risab membawa buku catatannya menghampiri Edia lalu duduk ditempat Dinar.
Mendengar dan memperhatikan penjelasan Edia ternyata lebih mudah dimengerti.
Tak mereka sadari bel masuk sudah bunyi.
"Thanks ya, besok gue traktir sarapan" Ucap Risab lalu kembali ketempat duduknya.
Tidak lama kemudian Dinar datang dengan membawa tetengan plastik "nih makan" Edia menatap binggung temannya itu.
"Thanks" Edia masa bodo, yang penting ia dapet makan, sebelum gurunya datang.
"Ekhm" Bowo menghampiri meja Edia dan Dinar dengan membawa sesuatu ditangannya.
"Ngapain kamu kesini" tanya Edia.
"Aku-?"
Dinar mengambil susu kotaknya membuka plastik sedotannya lalu memasukkan sedaotannya kedalam susunya lalu memberikannya pada Edia.
"Cepat minum sebelum guru datang" Dinar menyodorkan kotak susu itu pada Edia dan langsung diminum Edia.
"Ada apa Wo?" Tanya Dinar.
"Aku cuma mau nawarin ini" Bowo merogoh sakunya mengambil formulir kelas Taekwondo dari sakunya.
"Ini untuk kamu sama Edia, siapa tau berguna saat sekolah kita lagi tawuran" ucapnya lalu pergi kebangkunya dan disusul guru yang akan mengajar di jam terakhir.
*Saat pulang sekolah Gilang menepuk punggung Bowo yang duduk dibelakangnya" mana brosur Taekwondo aku" tanya Gilang.
"Sorry aku lupa, besok aku ambilin, ini buat kamu" Gilang memberikan roti dan susu untuk Gilang
"Thanks bro".*
.
.
.
.
.
Minggu kedua masuk STM.
Hari Dimana kelas Edia ada pelajaran Olahraga, semua siswa segera mengganti pakaiannya di kelas karena semua dikelasnya laki laki tidak ada kecanggungan diantara mereka.
Edia baru masuk, dia terlambat karena ban motornya bocor.
Dia ganti baju yang paling terakhir, dia buru buru membuka bajunya tanpa Edia sadari banyak pasang mata yang menatapnya, bahkan tatapan anak anak dikelasnya tidak dapat diartikan.
Kulitnya yang putih bersih dan dihiasi kalung emas putih berukuran kecil mengiasi leher panjangnya.
Dinarpun cengo menatap tubuh Edia secara langsung tepat didepan matanya.
Saat melihat Edia mau membuka celananya Bowo menggebrak mejanya berulang ulang dengan keras membuat semuanya menoleh kepadanya. Sampai Edia sudah berganti celana olahraganya. Barulah ia berhenti menggebrak mejanya.
"Apaan sih brisik tau gak?" Protes Risab.
"Tau ah Bowo emang rese" imbuh Gilang.
Bowo hanya cengegesan lalu keluar duluan, entah mau kemana dia.
.
Guru mengabsen satu persatu muridnya, hanya Bowo yang belum datang.
"Ada yang tahu dimana Bowo?"
"Boker pak" jawab salah satu siswa.
"Ya sudah kita mulai saja, pelajaran olahraga kali ini adalah roll belakang dan roll depan" ucap sang Guru olahraga.
5 menit kemudian Bowo baru hadir dan absen dengan guru olahraga.
"Kenapa baru datang, cepirit kamu?" Tanya guru olahraga.
Bowo mengerti pasti temannya yang bilang tadi "iya pak, semalem saya makan cabe sekilo pak"jawabnya
"Gak sekalian sekebon kamu makan"
"Nanti pak kalo saya patah hati" jawab Bowo.
"Gila kamu, sana sana pemanasan lalu praktek roll depan dan roll belakang"
"Iya pak"
.
"Edia kalo loe gak bisa gak usah dipaksain nanti pusing kata Risab. Karena sedari tadi Risab perhatikan Edia terlihat ragu.
"Aku bisa kok, cuma kadang pusing setelahnya"
"Gak apa apa nanti nilainya diganti sama tugas esai, aku juga lagi pakai pen di pundak, jadi kamu ada temennya ngerjain"
"Beneran?" Ucap Edia berbinar.
"Iya" ucap Risab tidak bisa menahan tangannya untuk tidak mengusap rambut hitam Edia.
"Ya?" Panggil Dinar dari kejauhan, Risab lalu menurunkan tangannya dari rambut Edia.
"Aku uda izinin kamu gak ikut praktek, nanti kamu bilang ke pak Gunawan, kalo kamu pengidap darah rendah jadi gak apa apa gak ikut praktek.
"Makasih ya Din, tapi ngomong ngomong dari mana kamu tahu aku darah rendah"
"Ngarang aja" ucapnya lalu melirik Risab sebentar.
"Ya udah kamu duduk aja, habis ini kita beli makan, kamu tungguin aku" Ucap Dinar sekali lagi melirik Risab tak suka.
"Iya iya aku tungguin".
'Kenapa Dinar liatinnya gitu banget' batin Risab.
.
.
.
.
.
*side story.
Bowo lari kekantin "mbok Rondo punya es batu gak" tanya Bowo.
"Punya cah bagos, buat apa?"
"Buat ngompres telapak tangan saya mbok, tadi jatoh" ucapnya dengan cengengesan.
"ASTAGA KENAPA SAMPAI MEMERAH MANA BERGETAR LAGI!" Kaget mbok rondo "sebentar mbok ambilkan dulu"
"Makasih mbok"
"Sakit ya cah bagos?"
"Iya mbok, tapi bentar lagi juga sembuh kok"
Itulah alasan Bowo telat 5 menit dijam olahraganya*
Tbc
Bowo emang tipikal cowok idaman kali ya wkwk
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA DI MASA STM.
Teen FictionIni kisah Anak STM tahun 2008 disebuah kota kecil lebih tepatnya di salah satu pesisir dipulau Jawa Timur. Dimana waktu itu di STM hanya terdapat murid laki laki dan misalkan ada satu murid perempuan yakinlah dia lebih laki laki daripada laki laki i...