Ch 15. Dinar 2

3K 324 10
                                    

Setelah malam itu 2 hari Dinar tidak masuk sekolah.

Semua temannya tidak ada yang membicarakannya, karena memang tidak ada yang tahu kecuali guru dan 1 orang siswa yaitu Bowo. Mungkin pikir mereka Dinar hanya bolos seperti biasa yang mereka lakukan.

Namun dihari ke empat Dinar tidak masuk, Edialah yang diberondong pertanyaan teman temannya tapi Edia sendiri juga tidak tahu.

Edia sendiri sebenarnya juga penasaran kemana si Dinar? Perasaan kemarin Dinar baik baik saja?

"Gimana kalau kita jengukin Dinar pulang sekolah?" Ungkap Risab.

"Boleh boleh" sahut Gilang.

"Ya, nanti tunjukin rumahnya ya?" Tanya Risab.

"Kok gue?"

"Kan cuma kamu yang tahu rumahnya si Dinar?"

"Iya iya" baguslah Edia jadi bisa tahu Dinar kenapa tanpa harus gengsi berkunjung sendirian.

"Ada apa nih kumpul kumpul?" Tanya Bowo yang baru datang.

"Nanti pulang sekolah kita semua mau jengukin Dinar Wo, kamu ikut kan?" Tanya Gilang.

"Hah?"

"Kok hah sih, kamu ikut nggak?"

"Em gimana ya....?" Bowo binggung harus jawab seperti apa.

"Kamu tahu Dinar kemana Wo?" Tanya Edia.

Tidak mungkin Bowo menutupinya bukankah salah satu guru nanti bakal keceplosan atau gak kasih tahu kemana Dinar?

"Ya aku mau ngomong sama kamu. berdua" Ungkap Bowo dengan raut wajah serius.

"Serius amat Wo"
Bahkan saat ada yang menyahut Bowo, dia tidak bergeming sama sekali.

Risab mengerti langsung mengajak teman temannya pergi keluar kelas dan menutup pintu.


"Wo? Ada apa sih, jangan nakut nakutin napa?" Ucap edia was was.

"Apapun yang kamu denger, inget ya Ya ada aku disini".

"Kamu apaan sih, aku masih punya orang tua Wo, gak usah lebay dah"

Bowo lalu duduk dibangku sebrang Edia agar ada jarak diantara mereka

"Ya dengerin baik baik ya, aku tahu kamu deket sama Dinar, kalian udah temenan lama"

"Terus?"

"Dinar udah ke Hongkong empat hari yang lalu Ya?"

Edia tahu Bowo lagi gak main main, Edia kaget sampai matanya berkaca kaca. Tapi logikanya mengatakan jika Bowo hanya bercanda "Wo, gak mungkin..... dia belum pamit sama aku"

Bowo berdiri lalu merangkul kepala Edia yang langsung pecah tangisnya.

Edia menangis seperti anak kecil sampai terdengar dari luar, sampai membuat penasaran teman teman sekelasnya, untuk memastikan Edia tidak apa apa dan mengintip mengintip lewat jendela.

Bowo mengusap punggung sempit itu, mencoba menenangkan Edia. Cukup lama memang sampai bel sekolah berbunyi.

Untung para guru disana mengerti akan hal hal seperti ini jadi bisa memberi banyak ruang untuk siswanya.

Setelah sedikit tenang Edia mengambil tasnya.

"Mau kemana Ya?" Tanya Bowo.

"Mau kerumah Dinar, kamu pasti cuma bohongkan?"

Bowo memegangi lengan Edia "Edia. Aku gak bohong Ya"

Edia menepis tangan Bowo. Edia tetap pergi yang sudah pasti ia ingin kerumah Dinar.

Pintu kelas Edia buka dengan kasar menyisakan teman temannya yang penuh tanda tanya.

Bowo lalu menyusul Edia yang juga disusul Risab.

"Wo kalian kenapa?" Tanya Risab.

"Nanti aku jelasin Ri, kamu izinin aku sama Edia ya, biar kita gak kena hukum besok."

"Iya" Risab lalu berhenti mengejar mereka.

.

"Edia. Aku anter kemanapun kamu mau"

"Aku gak butuh kamu Wo" ucap Edia yang terus mebepis tangan Bowo.

"EDIA! JANGAN EGOIS, AKU GAK MAU KAMU KENAPA KENAPA. AKU BAKAL ANTER KAMU KEMANA AJA, NGERTI!" bentak Bowo.

"Aku mau kerumah Dinar"

"Ayo, sama aku, jangan sendiri"

Akhirnya mereka pergi kerumah Dinar dan disana dia hanya bertemu mama tirinya Dinar yang menyerahkan bingkisan untuk Edia dari Dinar.

Sekali lagi Edia menagis namun ia menahannya agar tidak menimbulkan suara sampai bibirnya berdarah karena ia gigit.

Darahnya merembes keluar bercampur air matanya sendiri.

"Hey Ya jangan ditahan, ada aku" Ucapnya sambil mengusap pipi Edia.

"An...tar aku ke.....rumah nenek.....nya" ucap Edia yang senggal senggal.

"Iya tapi jangan gigit bibir kamu"

Edia mengangguk lalu 1 jam kemudian mereka sampai kekediaman Almarhum neneknya Dinar yang sekarang ditempati oleh kakak Dinar dan suaminya.

Mbaknya yang tahu kedatangan Edia lumayan kaget.

"Edia" panggil mbaknya Dinar lirih.

Mbaknya Dinar mencoba meraih lengan Edia namun ditepis kasar oleh Edia.

"Mbak puas sekarang, aku udah nurutin apa yang mbak bilang, tapi mbak malah nyuruh Dinar bener bener pergi, mbak jahat tahu gak?" Edia meluapkan emosinya sekarang.

"Maksud kamu apa Ya?" Tanya Bowo.

"Edia, mbak minta maaf, bukan kayak gini yang mbak maksud"

"GAK USAH PURA PURA MBAK, MBAK SENDIRI YANG NYURUH AKU BUAT JAUHIN DINAR, AKU UDAH LAKUIN MBAK TAPI KENAPA MBAK MALAH NYURUH PERGI DINAR! aku tau aku salah mbak, tapi kenapa Dinar pergi mbak, kenapa?" Edia emosi, Edia marah sampai ia terduduk lemas.

Edia lagi lagi menangis, mbaknya Dinar juga ikut menangis "maafin mbak Edia, sungguh, mbak gak nyuruh Dinar pergi sama mamah, sumpah mbak gak bohong"

"Mbak bohong, Dinar udah pergi"

Mbak Dinar lalu merangkul Edia, sungguh ini bukan kemauan mbaknya Dinar.

Flashback.

(Udah kepanjangan, chapter depan aja ya). Biar penasaran. Dan banyak plottwis 🤣

Kalo diresapi cerita ini menurut author bagus. Tapi krna bukan 1821 jd gak rame. Padahal ada 1821 nya nanti diujung. 🤣

CERITA DI MASA STM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang