Ch 9. Bowo part 1

5K 385 14
                                    

Setelah kejadian Hotel itu, Edia masih mendiamkan Dinar juga Bowo.

Bagaimana tidak kesal? apa apaan dirinya dianggap murahan oleh teman temannya. Padahalkan dia hanya ingin ganti baju doang, masa iya Edia pulang dengan bau alkohol, bisa dipecat jadi anak bukan.

Bahkan kekantin pun Edia hanya sendiri tanpa embel embel diikuti Dinar.

"Sendirian aja, Dinar mana?" Tanya Ajik yang baru saja duduk disamping Edia.

"Boker"

"Cepirit mulu perasaan tu anak"

"Mungkin"

"Kamu udah pesen makan belom, kalo belom aku pesenin sekalian?"

"Udah pesen tadi, ngomong ngomong makasih kamu udah bantuin aku sampe masuk rumah sakit"

Ajik terkekeh sambil menatap Edia "iya sama sama, selama aku masih bisa berdiri, aku bakalan nglindungin kamu" Ucap Ajik sambil mengusap pucuk kepala Edia.

"Apaan sih Jik najis banget, aku bukan cewek anjing" ucapnya lalu menghempas lengan Ajik.

"Hahahahaha" lucu banget sih ayang Edia, jadi pengen nyium dah"

"Anjing, bangsat, udah sana pesen apa aja biar aku yang traktir"

Mendengar itu Bowo langsung berdiri "Bener ya, makan aku banyak lho"

"Terserah, udah sana pergi, kamu bau" akhirnya Ajikpun pergi kedapur kantin buat pesen makan sebanya 5 porsi.

Sedangkan Edia menoleh kebelakang, entah apa yang dia cari lalu dia menghembuskan nafas beratnya.


.



Saat dikelas Dinar mencoba memberanikan diri untuk menegur Edia, karena sewaktu perjalanan pulang dsri hotel dan kesekolah Edia bilang tadak mau ngomong dulu dengannya.

Bahkan saat Dinar tidur disamping Edia sambil memeluk dari belakang, Edia hanya pasrah dan tidak memberontak seperti malam malam sebelumnya.

Kali ini Dinar hanya menatap Edia dan mencoba menegur anak itu "Ya, aku udah boleh ngomong sama kamu belum?"

"NGOMONG YA NGOMONG AJA NJING!"
jawabnya dengan nada tinggi.

"Kamukan masih marah sama aku Ya"

"Kamu pikir aja sendiri setan"

"Maafin aku ya Ya, aku cuma takut kamu diapa apain sama orang itu" ucapnya sambil menguncang guncang bahu Edia.

"Terserah, tapi lepasin aku"

"Beneran ini"

"Gak usah bawel deh lu bangsat"

"Makasih, nanti malem aku nginep lagi dirumah kamu ya Ya"

"Terserah" ucapnya lalu berdiri.

"Loh loh mau kemana Ya?"

"Kencing"

"Ikut"

"Gak usah anjing!"

"Iya iya aku nungguin dikelas aja"

Edia hanya menggeleng gelengkan kepalanya dengan sikap temannya itu.


.


Bowo melihat Edia menuju toilet seorang diri lalu mengikutinya. Menunggu Edia sampai selesai kencing.

"Edia, aku pengen ngomong sama kamu"

"Ngomong apa cepetan?"

"Tapi nggak disini"

"Aku males jalan, mending disini aja Wo"

"Di sini bau"

"Ya udah aku kekelas sekarang"

"Tu tunggu, emm ak akuu-?"

"Kamu kenapa sat cepetan kalo ngomong"

"Aku minta maaf"

"Itu doang"

"Makasih Edia"

"Iya iya bawel, udah aku maafin"
Bowo maju selangkah lalu memeluk Edia yang terasa pas dipelukannya.

Edia kaget mendapat serangan tiba tiba itu "Lepas babi" tapi Bowo semakin mengeratkan pelukannya, sesekali menjahili Edia ditoilet kan jarang sekali, karna selalu ada Dinar disampingnya. Tak apa sambil menahan bau amuniak yang penting bisa meluk Edia walauun hanya sebentar

"Gak mau, kamu wangi"

"Emang kamu, bau matahari"

"Kan aku cowok"

"Aku juga cowok anjing, sekarang lepasin aku"

"Gak mau"

"Anjing , badan kamu berat banget sih Wo" ucap Edia sambil mendorong tubuh Bowo. Namun tak bergeser sama sekali sampai Edia lelah memberontak dan pasrah  "Wo, kamu kenapa?" Heran Edia karna Bowo yang terbiasa brisik, kini diam.

"Please, hanya sebentar Ya" lirih Bowo.

Edia merasa ada yang salah disini "Kamu gak apa apa?" Tanyanya pada Bowo sekali lagi.

Bowo mengangguk sambil mengeratkan pelukannya, entah apa yang dipikirkannya Bowo dia tidak mau melepaskan anak ini. Bahkan Edia yang polos, malah megusap punggung Bowo mengira orang yang memeluknya ini sedang dalam masalah.

Sedangkan Dinar yang berniat menyusul Edia, tertawa miris melihat Bowo memeluk Edia ditoilet.

Bowo tentu melihat Dinar, tapi tidak memperdulikannya, ia malah menenggelamkan kepalanya di pangkal leher Edia.

.


Dinar sedari toilet sampai di rumah Edia, ia selalu mengintili anak itu seperti anak ayam sampai Edia dibuat heran.

"Kamu kenapa sih Din deket deket mulu perasaan, aku enggap tau"

"Bodo"

"Nak Dinar kenapa, sedang ada masalah ya?" Tanya Ibunya Edia yang sama herannya melihat Dinar yang sudah dianggapnya anak sendiri itu.

"Nggak kok tante, Dinar cuma lagi marahan aja sama Edia, makanya gak mau jauh jauh nanti bisa renggang tante"

"Hahahahaha" mama Edia terbahak mendengar jawaban Dinar. "Kamu ini, ya udah jangan dilepas kalo gitu"

"Mama apaan sih, gerah tau ma?"

"Heh, kamu itu harusnya bersyukur punya temen kaya Dinar yang perhatian sama kamu, nanti kalo Dinar ilang kamu nangis lagi"

"Ogah gue nangisin orang bulik kaya dia?"

"Lagian aku gak akan bikin kamu nangis kok Ya, aku gak akan kemana mana"

Edia memutar bola matanya malas, "eh Din, suatu saat nanti, kalo udah nemu jodoh, kamu bakal nikah dan ninggalin aku" Ucap Edia.

Dinar hanya menunduk, ia tak berpikur sejauh itu.

Mamanya Edia terkekeh melihat dua remaja tanggung itu "kalian ini kenapa lucu banget sih, kalo gak mau pisah ya udah kalian nikahan aja, hahahahaha" ucap mama Edia sambil bercandain anaknya yang cemberut.

"Mama apaan sih"

"Udah udah kalian tidur sana, mama hanya bercanda sayang"

"I iya tante, udah ayok tidur Ya"

"Iya iya bawel".

"Ih adek jangan galak galak sama temennya"

"Iya maaaa".

.

.

.

.

.

Disuatu tempat dengan pemandangan milky way yang terlihat jelas Bowo duduk seorang diri "mulai hari ini aku gak akan nyerah Edia, aku bakal berjuang sampai akhir.- - - - - Aaaahhhh sialan, jantung aku kenapa begini. Bisa gila aku Ya kalo kamu sampe dimiliki orang lain" gumam Bowo seperti orang gila.

CERITA DI MASA STM.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang