Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan baik yang datang padanya, malam itu juga setelah pulang dari rumah sakit, Argenta segera bergerak cepat menghubungi asistennya.
"Herman, tolong kamu urus pernikahan saya dengan Joana besok."
Di seberang sana, Herman yang masih belum sepenuhnya sadar, karena dibangunkan oleh panggilan bosnya di tengah malam buta, sedikit sulit untuk memahami perkataan Argenta. "Maksudnya, Pak?"
Argenta terdengar menarik nafas. Ia sepertinya sadar tentang kesalahannya yang menyuruh asistennya tersebut tanpa ada ucapan pembuka di saat orang waktunya tidur. "Joana menerima lamaran saya. Karena itu sebelum ia kembali berubah pikiran, saya ingin segera menikahinya.
Dan seperti biasa, sang asisten adalah orang yang dapat diandalkan. "Kapan tanggal pernikahannya Pak, biar tahu saya menyiapkannya?" Herman yang sedikit banyaknya mengetahui masa lalu Argenta, dengan cepat menangkap maksud perkataan pimpinannya itu.
"Paling lambat dalam dua minggu ini." Argenta pikir dengan ia bergerak lebih cepat, maka kesempatan untuk memiliki Joana akan lebih pasti.
"Konsep resepsinya mau yang bagaimana, Pak?"
Argenta terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan asistennya tersebut. "Saya rasa cukup yang sederhana saja, Her."
"Ibu Joana tidak keberatan?"
Argenta memijit keningnya pelan, "Ana tidak begitu suka kemewahan," alasannya sedikit meragu. Padahal pria itu paham dengan jelas bahwa wanita yang dicintainya itu begitu menyukai keindahan dan kemewahan. Ia bukannya tidak mengetahui bagaimana Frans mempersembahkan pesta pernikahan yang indah untuk Joana, namun bila ia melakukan itu maka Argenta khawatir waktunya tidak sempat. Saat ini ia sedang berkejaran dengan waktu.
"Baik Pak, semua akan saya persiapkan."
Mendengar jawaban Herman membuat Argenta tersenyum tipis. Satu masalah telah terselesaikan. Kini jalannya untuk menjadikan Joana sebagai pasangan hidupnya semakin terbuka lebar.
Pagi harinya, ketika mempersiapkan Josan berangkat sekolah, Argenta memberitahukan rencana pernikahannya kepada putranya. Dan seperti yang sudah ditebaknya, Josan terlihat senang mengetahui bahwa sebentar lagi Ayahnya akan menikahi Bunda Ananya.
"Berarti nanti Josan akan diantar Bunda sekolah, seperti teman-teman Josan yang lainnya. Ya kan, Ayah?" tanyanya antusias sambil menampilkan senyum lebar khas anak-anak. Pikiran polosnya tak mengira bahwa pernikahan ayahnya bukanlah seperti pernikahan pada umumnya.
Tak ingin mengecewakan putranya, Argenta mengangguk pelan. "Tentu saja nanti Bunda yang antarkan Josan ke sekolah. Asal Josan janji untuk janji anak yang baik dan sehat." Untuk saat ini hanya itu yang bisa dijanjikan Argenta kepada putranya.
Padahal kalau boleh jujur, Argenta juga tidak tahu bagaimana kehidupan rumah tangganya nanti."Bunda juga yang masakin kita, Ayah?" lanjut Josan penasaran. Karena setahunya teman-teman sekelasnya selalu cerita bahwa bekal yang dibawa mereka ke sekolah adalah buatan ibunya. Jadi tak salah rasanya, bila Josan juga ingin seperti mereka.
Argenta terdiam, bingung harus menjawab apa. Ia bertanya dalam hati, mungkinkah Joana mau memasakkan mereka nanti? Mengingat bahwa pernikahan yang akan mereka jalani nantinya hanya setatus belaka. Tapi melihat tatapan penuh harap dari Josan membuatnya takut menjawab yang sebenarnya, karena sama saja ia menghancurkan semangat putranya itu.
"Ayah, kenapa malah melamun?" seruan Josan berhasil menarik Argenta dari pikirannya.
""Ayah, tidak melamun. Ayah sedang berpikir, mau membeli mainan kereta api atau pesawat untuk putra Ayah yang satu ini," jawab Argenta sambil mengerutkan kening pura-pura berpikir. Padahal ia sengaja melakukan hal itu untuk mengalihkan perhataian putranya. Karena ia sendiri saja tidak yakin, jawaban apa yang harus diberikannya atas pertanyaan Josan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Segalanya
RandomSekuel 'Terukir indah namamu' "Aku akan memberikan segalanya kepadamu. Hatiku, pikiranku, bahkan jiwa ini akan kuberikan untukmu. Agar kamu mengetahui bukti kesungguhan cintaku." -Argenta Gunawan- Karena kesalahannya di masa lalu, Argenta harus keh...