Prolog

30.3K 1.7K 98
                                    

"Jangan banyak bergerak. Pikirkan kandunganmu." Argenta mencoba memberi pengertian kepada wanita di sampingnya yang sedari tadi tak bisa duduk diam.

Bukannya menurut, wanita tersebut malah mendengus kesal. "Apa pedulimu?! Ini adalah anakku. Jangan coba-coba untuk bersikap sok pahlawan!" ujarnya kasar.

Beberapa pasang mata yang mendengar perdebatan keduanya, hanya dapat mengelus dada. Mereka prihatin melihat Argenta yang menjadi sasaran kemarahan wanita hamil tersebut.

Bukannya tersinggung, Argenta malah tersenyum manis kepada wanita itu. "Aku cuma takut kamu kelelahan. Biasanya bila kelelahan di siang hari, malamnya kamu akan sulit tidur."

Mendengar ucapan Argenta, wanita itu tersenyum mengejek, "Tahu apa kamu tentang aku?" Balasnya sewot. Ia kesal melihat Argenta yang sok mengerti dirinya. Ia sama sekali tidak butuh dikasihani.

Tak ingin semakin memancing emosi wanita di sampingnya, Argenta memilih menutup mulutnya. Ia memilih untuk ikut larut dalam pembicaraan yang lainnya.

"Aish..."

Argenta langsung menoleh saat mendengar ringisan wanita itu.

"Kenapa?" Tanya Argenta khawatir.

Wanita itu diam saja tak ingin menjawab. Namun kerutan di dahinya menunjukkan bahwa ia merasa kesakitan.

"Perutnya sakit lagi?" Argenta bertanya dengan hati-hati.

Dengan malu, wanita itu mengangukkan kepalanya.

Tak banyak bicara, Argenta segera mendekatkan dirinya ke samping wanita itu. Lalu dengan lembut ia mengelus punggung wanita itu, sambil sesekali memberi pijatan lembut.

Terbukti, aksi yang dilakukannya berhasil menghentikan ringisan wanita tersebut.

"Masih sakit?" tanya Argenta pelan.

Wanita itu menggelengkan kepalanya. Ia terlihat menikmati pijitan Argenta di punggungnya.

Melihat wanita itu sudah tidak kesakitan lagi, Argenta hendak menghentikan pijitannya. Namun belum sempat ia melakukannya, wanita hamil itu segera mencegahnya.

"Jangan berhenti!" Perintahnya nyaris berteriak. "Anakku akan tenang bila kamu mengelus punggungku." Lanjutnya pelan dengan wajah memerah malu.  Setelah mengatakan itu, ia buru-buru memalingkan wajahnya dari Argenta.

Walaupun diucapkan dengan ketus, namun kata-kata wanita itu berhasil membuat hati Argenta seketika menghangat. Bahkan raut wajahnya terlihat bahagia, sehingga membuat senyumnya merekah sempurna

Argenta berjanji, bila dengan cara ini ia bisa dekat dengan wanita tersebut, jangankan memijit, Argenta bahkan rela menjadi pesuruh wanita itu sampai seumur hidup. Asalkan wanita itu dan calon bayinya mau menerima kehadirannya di dalam kehidupan mereka.

Karena kini, mereka adalah poros hidupnya. Kebahagiaan yang diberikan Tuhan kepadanya. Dan ia bersumpah, tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.







Untukmu SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang