Argenta mendadak menjadi paranoid.
Sebelum berangkat dari rumah, pria itu terus mewanti-wanti Joana untuk tidak banyak melakukan kegiatan yang dapat menguras tenaga.
"Nanti jangan bergerak banyak, An. Kalau ada apa-apa langsung beritahukan." Argenta mengatakan itu sambil memasukkan bekal mereka ke dalam tas yang berisi perlengkapan mereka bertiga.
"Hmm" Joana menjawab dengan malas. Bukan apa-apa, soalnya sudah ada mungkin seribu kali Argenta terus mengingatkannya akan hal itu. Hello, mereka itu pengen refresing bukan pergi ke medan perang!
"Jangan jauh-jauh dari aku,"
"Iya."
"Apa kita gunakan mobil sendiri aja ya, An?"
Spontan Joana langsung melotot tajam. "Gak ada itu! Emangnya kamu gak malu apa kita beda sendiri?" tolak Joana tak suka. Masa di saat rombongan lain semuanya naik bus yang disediakan sekolah, malah mereka terlihat asing sendiri. Joana tidak suka jadi bahan perhatian.
"Tapi aku takut kamu gak nyaman nantinya," ungkap Argenta tak habis akal.
"Gen, jangan aneh-aneh deh!" Lama-lama kesal juga Joana dengan sikap khawatir Argenta yang tidak pada tempatnya itu. "Kalau gak mendingan kamu tinggal aja di rumah, biar aku sama Josan yang berangkat."
Kali ini gantian Argenta yang melotot tajam. Enak saja istrinya itu mau pergi tanpa dirinya! Bisa-bisa mati berdiri dia karena gak tenang memikirkan keadaan mereka. "Ya sudah, kalau gitu kita berangkat ikut sama rombongan lainnya saja." putus Argenta masih dengan tidak rela. Berbeda dengan Joana yang langsung mengangguk puas.
"Kalau gitu aku panggil Josan dulu, biar kita berangkat sekarang."
"Iya. Jangan lupa bawa jaketnya." ucap Argenta mengingatkan.
"Oke"
Sepeninggal Joana, Argenta memutuskan untuk menunggu mereka di luar sekalian memasukkan tas mereka lebih dulu ke dalam mobil. Agar tidak repot bila nanti mau berangkat.
"Sudah?" Argenta tersenyum lebar saat melihat Joana dan Josan berjalan ke arahnya.
"Sudah Ayah," Josan menjawab mewakili Joana.
"Tidak ada lagi yang tertinggal?" Argenta ingin memastikan sebelum mereka berangkat.
"Tidak ada." Jawab Joana sebelum masuk ke dalam mobil.
Disepanjang perjalanan Argenta tampak tersenyum mengendarai mobilnya. Hati pria itu sedang bahagia. Penyebabnya adalah karena untuk pertama kalinya hari ini ia dapat keluar bersama Joana sebagai pasangan suami-istri. Tidak seperti kemarin-kemarin yang hanya bisa memimpikan Joana sebagai istrinya. Kali ini ia benar-benar nyata merasakannya.
"Gen, fokus nyetirnya." Suara Joana memecahkan lamunan Argenta.
Argenta tersenyum mengerti kemudian berkata pelan, "Aku tidak melamun. Aku hanya bersyukur dapat merasakan seperti ini di sampingmu." Ujar Argenta tanpa maksud menggombal.
Joana terdiam tidak tahu mau mengatakan apa. Suasana yang tadinya tenang mendadak menjadi canggung.
"Bahkan dulu untuk bermimpi seperti ini saja aku tidak berani." Ucap Argenta seperti mencurahkan isi hatinya.
"Gen, jangan buat ini menjadi tidak nyaman." Joana yang tidak tahan lagi, mencoba memperingatkan Argenta untuk tidak meneruskan perkataannya.
Tapi sepertinya Argenta tidak ingin menuruti permintaan istrinya itu kali ini. Ia butuh alasan mengapa Joana selalu mengingkari tentang pernikahan mereka yang telah berjalan selama berapa bulan ini. Padahal mereka memutuskan menikah dalam keadaan sama-sama sadar, lalu apa masalahnya?. "Kenapa?" tanya Argenta menuntut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Segalanya
RastgeleSekuel 'Terukir indah namamu' "Aku akan memberikan segalanya kepadamu. Hatiku, pikiranku, bahkan jiwa ini akan kuberikan untukmu. Agar kamu mengetahui bukti kesungguhan cintaku." -Argenta Gunawan- Karena kesalahannya di masa lalu, Argenta harus keh...