22

9K 1K 89
                                    

Pasca pernyataan Argenta kemarin malam- yang berujung kegagalan akibat kehadiran putranya disaat yang tidak tepat- perlahan Joana mulai menampakkan perubahan sikapnya.

Argenta tidak tahu, apakah perubahan Joana itu disebabkan oleh rasa kasihan akibat peliknya permasalahan yang dihadapinya saat ini, atau memang istrinya itu yang sudah mulai membuka hatinya, Argenta benar-benar tidak bisa menebaknya. Tapi yang pasti apapun penyebab perubahan itu, Argenta menyambutnya dengan sukacita.

Memang tidak banyak, apalagi berubah seperti yang diinginkan oleh Argenta, tapi yang pasti sikap istrinya itu perlahan mulai menunjukkan perhatian terhadap dirinya dan juga putranya. Argenta merasa pernikahannya mulai mengalami perkembangan.

Tepat di malam minggu, kebetulan Argenta sedang memilih bersantai di ruang tengah sambil menonton tv, tiba-tiba Josan mendatangi Argenta sambil membawa sebuah amplop dengan logo sekolah tempatnya belajar.

"Ayah, kata Ibu guru ini surat untuk Ayah dan Bunda," Josan menyerahkan amplop tersebut ke tangan Argenta.

"Apa ini?" Argenta menerima surat tersebut dengan sedikit bingung. Bertepatan dengan itu, Joana terlihat keluar dari dalam kamarnya hendak menyiapkan makan malam.

Sama dengan Argenta, Joana juga terlihat penasaran dengan isi amplop tersebut. "Apa itu, Gen?" tanyanya, sambil berjalan mendekati keduanya. Akhir-akhir ini komunikasi suami-istri itu sudah tidak sekaku saat di awal-awal pernikahan mereka dulu.

Argenta mengangkat bahunya pelan. Tak lama kemudian ia segera menyobek amplop tersebut kemudian membacanya. Setelah dibaca, ternyata isinya adalah pemberitahuan kepada orang tua murid tentang ajakan berdarmawisata. Persis seperti kegiatan tahun lalu. Yang dimana tugas orang tua untuk mendampingi putra-putri mereka dalam mengenalkan alam bebas.

Selesai membacanya, Argenta langsung menyerahkan surat itu kepada Joana. "Josan mau ikut?" tanya Argenta kepada putranya yang sedari tadi menunggu reaksi Ayahnya.

Josan langsung mengangguk semangat. "Iya Ayah," jawabnya antusias. "Ikut Ayah sama Bunda kayak tahun lalu," lanjutnya dengan binar ceria di matanya.
Bocah kecil itu menganggap kehadiran Joana tahun lalu adalah kenangan indah yang tidak akan pernah dilupakannya.

Argenta terlihat berpikir sebentar, kemudian ia melirik Joana yang telah selesai membaca surat pemberitahuan tersebut. "Tapi sepertinya tahun ini, kita tunda saja ya, Nak," ucap Argenta pelan mematahkan semangat Josan. Bukannya tanpa alasan Argenta mengatakan itu, pria itu tidak ingin melakukan perjalanan yang mengandung risiko dengan mengikutsertakan Joana.

"Kenapa tidak ikut?" Joana yang tidak setuju dengan keputusan Argenta terdengar protes.

"Kamu kan lagi hamil." Jawab Argenta singkat tanpa sempat memikirkan akibat dari jawabannya tersebut akan berbuntut panjang.

"Kenapa kalau aku hamil? Kamu malu gitu, bawa wanita hamil?" sewot Joana tersinggung. Ia baru tahu dibalik kebaikan yang ditunjukkan Argenta selama ini, ternyata pria itu hanya pura-pura.

"Eh, bukan begitu, An," Argenta yang segera sadar akan kesalahannya langsung meralat ucapannya. Bisa gawat kalau sang pujaan hati salah paham terhadapnya. "Aku cuma gak mau kamu kenapa-kenapa. Kali ini tujuaannya ke gunung loh, An, bukan ke pantai atau ke tempat aman lainnya. Lagipula siapa yang malu, aku cuma khawatir sama kondisi kamu." jelas Argenta sungguh-sungguh. Lagipula darimana pula istrinya itu mempunyai pemikiran seperti itu? Yang ada, Argenta ingin membawa Joana kemanapun dia pergi. Itu baru benar.

Joana dan keras kepalanya sepertinya sebuah paket lengkap. Penjelasan dari Argenta sama sekali tidak dapat membuatnya mengerti. Ditambah lagi tak tega melihat raut kecewa di wajah Josan membuat wanita itu berani melawan Argenta. "Gen, aku kan bukan sakit. Kalau mau pergi kan bisa aja kalian berdua yang berangkat. Gak usah alasan bawa-bawa aku deh," ujar Joana bersikeras.

Untukmu SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang