8

10.5K 1.1K 80
                                    

Sepulang dari kediaman Joana, Argenta tak henti-hentinya tersenyum saat mengemudikan mobilnya. Bayangan senyum Joana tadi masih melekat jelas dikepalanya. Walau sekedar senyuman tipis, tapi bagi Argenta itu sangat berarti. Ternyata efek Joana begitu besar kepadanya.

"Ayah, kenapa senyum-senyum sendiri? Emang ada yang lucu?" Suara Josan berhasil memecahkan lamunan Argenta yang sedari tadi mendiamkan putranya tanpa disadarinya.

Sadar akan kesalahannya, Argenta cepat memperbaiki sikapnya. tersenyum lembut kepada Josan."Ayah ingat film yang lucu. Nanti kalau Josan libur, kita nonton yuk!" Untungnya Argenta cepat mengendalikan situasi. Ia tidak ingin putranya itu mengetahui isi lamunannya. Bisa timbul masalah baru nantinya.

Josan yang percaya saja dengan ucapan Ayahnya, langsung mengangguk antusias. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak nonton bareng. "Bener ya, Ayah?" Josan memastikan ucapan Argenta. Takutnya nanti ayahnya lupa lagi, karena sibuk dengan pekerjaannya.

"Iya," Argenta tersenyum lebar, "tapi, tunggu Josan libur sekolah dulu, ya," ucap Argenta menambahi .

"Kita ajak Bunda juga, Ayah, biar seru!" Sama sekali tak ada maksud lain dari ucapan Josan, namun bagi Argenta perkataan Josan bagaikan ide cemerlang yang membuka kesempatan baginya untuk bertemu dengan Joana.

Kapan lagi coba mereka bisa nonton bersama?

"Ide bagus sayang. Nanti kamu coba bujuk Bunda biar mau ikut," Argenta berusaha santai saat mengatakannya, padahal hanya Tuhan lah yang tahu bagaimana gembiranya dia saat ini.

"Iya, nanti Josan yang bilang sama Bunda." Josan yang polos dengan semangat menyetujui ide ayahnya. Dirinya tidak tahu akan maksud tersembunyi ayahnya.

Sedangkan Argenta yang masih sibuk menyetir, sudah membayangkan bagaimana indahnya acara nonton bareng mereka. Ada dirinya, Josan dan juga Joana. Benar-benar seperti keluarga bahagia.

Namun khalannya itu segera ditepisnya, saat mengingat bagaimana sikap mama mertuanya tadi. Ia tertawa miris menertawakan nasibnya. Sepertinya alam memang tidak merestui ia kembali bersama Joana. Kesalahannya di masa lalu terlalu fatal, sehingga ia tidak pantas untuk bahagia.

Diam-diam Argenta melirik Josan yang asyik melihat ke samping. Putranya terlalu kecil untuk diajaknya berbagi. Menceritakan bahwa keadaan sudah tidak sama lagi. Keluarga Joana sudah merubah sikap mereka. Ia hanya bisa berharap semoga Josan tidak mengalami penolakan seperti dirinya.

Cukup dia yang berdosa ini. Tapi jangan putranya ikut juga merasakannya. Ia tidak sanggup bila kembali melihat putranya ditolak untuk kedua kalinya karena kesalahan yang diperbuatnya.

Karena itu, satu-satunya jalan yang bisa dilakukannya agar apa yang ditakutkannya tidak terjadi, sebaiknya ia membawa Josan untuk menjauh dari keluarga mertuanya. Itu lebih baik, agar tidak ada lagi hati yang tersakiti.

***

"Dari mana kalian?"

Begitu masuk ke dalam apartemen, Argenta terkejut melihat Maminya duduk tenang di sofa sambil menatap mereka dengan tatapan ingin tahu. Ia tahu keluarganya mengetahui nomor sandi apartemennya, sehingga memudahkan mereka untuk bebas datang kapan saja. Tapi tidak biasanya Maminya datang tanpa pemberitahuan sama sekali.

Melihat Eyangnya datang, Josan langsung menghambur ke pelukan wanita paruh baya itu. "Eyang, kapan datang?" Persis seperti pertanyaan yang ingin diajukan Argenta, Josan sudah lebih dulu mewakilinya.

Bukannya menjawab, Mami malah mencium pipi cucunya itu dengan gemas. "Josan dari mana sama Ayah?"

"Dari tempat Bunda, Eyang," beritahu Josan semangat. Mendengar jawaban Josan berhasil menghentikan ciuman Mami ke pipi cucunya tersebut. Perlahan dialihkannya tatapannya ke arah Argenta.

Untukmu SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang