Perkataan Argenta berhasil membuat Indra marah besar. Ia merasa kali ini ayah dari keponakannya itu sudah benar-benar kelewatan!
"Tarik ucapanmu!" desis Indra dengan rahang mengeras. Berani-beraninya Argenta mengatakan ingin menikahi adiknya disaat mereka sedang menghadapi masalah besar.
"Tidak ada yang salah dengan ucapanku." Argenta membalas dengan tatapan tak kalah tajamnya. "Sedari awal Joana seharusnya jadi milikku. Suka atau tidak suka, kalian harus menerima itu," tambah Argenta tanpa takut sama sekali.
"Perlukah kuingatkan bahwa kau telah diusir dari keluarga kami?" Sepertinya Indra mengubah taktiknya, alih-alih marah, pria yang merupakan kakak kandung Joana itu lebih memilih memancing pertahanan Argenta dengan menyindirnya sinis.
Sayangnya kedua pria itu sudah lama menjadi saudara ipar. Jadi tak heran jika keduanya sudah lebih mengenal sifat satu sama lain. "Karena itu aku ingin kembali masuk ke dalam keluarga kalian lagi. Dan untungnya Ana mau berbaik hati membantuku untuk masuk," balas Argenta santai, seolah tidak mengetahui bahwa perkataannya barusan berhasil memancing emosi Indra.
"Bajingan kau!" Indra yang tidak suka dengan ucapan Argenta, langsung menghampiri pria itu untuk memberinya pelajaran. Mungkin satu dua bogem bisa menyadarkan otaknya.
Namun belum sempat Indra melaksanakan niatnya tersebut, suara Joana berhasil menghentikan langkahnya. "Berhenti Mas!"
Baik Indra maupun Argenta sama-sama menoleh ke arah Joana. "Apa maksudmu?" Indra lebih dulu buka suara.
"Argenta mengatakan yang sebenarnya," jeda sejenak, "kami berdua sepakat untuk menikah dalam waktu dekat ini." Joana menjawab kakaknya itu tanpa ada keraguan sama sekali.
Indra merasa ada yang salah dengan pendengarannya. Masih jelas di kepalanya bagaimana hancurnya kehidupan Joana setelah kematian Frans. Lalu kenapa sekarang adiknya itu dengan entengnya mengatakan akan menikah dengan Argenta, yang notabene sangat dibencinya dulu? Sungguh, Indra merasa ini begitu aneh. Seperti ada sesuatu yang mencurigakan.
Di tengah pikiran yang berkecamuk, Argenta mengatakan sesuatu kepada Indra. "Sudah jelas kan perkataan Joana?" Tampak jelas raut kemenangan di bola mata Argenta dan Indra membenci hal tersebut.
Tidak ingin membuat mantan adik iparnya itu merasa menang, Indra sengaja mendengus kasar. "Sayangnya bukan adikku sebagai penentu di sini," ucapnya sarkas, "Jangan lupakan keberadaan orang tuaku sebagai pemegang peranan penting di keluarga kami. Sayangnya keduanya sampai kapanpun tidak akan pernah menerimamu lagi. Jadi kurasa harapanmu akan sia-sia." Di akhir kalimatnya Indra sengaja tertawa meremehkan berharap Argenta akan merasa kalah.
Namun sepertinya harapan Indra tersebut tampak sia-sia. Ia lupa bahwa Argenta bukanlah pria lemah yang tidak tahu caranya untuk membalas. Argenta bukanlah lawan yang sebanding untuk dirinya. Selama ini pria itu banyak menunjukkan sikap pasifnya hanya karena menghargai keluarga mertuanya.
"Bagiku kesediaan Joana menerimaku sudah lebih dari cukup. Jangan lupa Mas, adikmu sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihannya. Jadi mau tak mau kalian harus siap menerima pilihannya."
"Kalau kami tidak mau?" tantang Indra tidak mau kalah.
"Kecuali Joana yang menolakku, kupastikan tidak ada satu orang pun yang dapat menghalagi niatku."
Ucapan yang keluar dari bibir Argenta berhasil membuat Indra terdiam. Begitu juga dengan Joana. Sesaat wanita cantik itu menyesali keputusannya yang mau ikut terlibat dalam permainan Argenta. Ia bertanya dalam hati, sudah benarkah keputusannya ini?
Argenta yang menyadari kegelisahan di mata Joana, segera melewati Indra untuk mendekatinya. "Kumohon jangan pernah berpikir untuk mundur," Ia tidak ingin kali ini gagal lagi memiliki Joana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Segalanya
RastgeleSekuel 'Terukir indah namamu' "Aku akan memberikan segalanya kepadamu. Hatiku, pikiranku, bahkan jiwa ini akan kuberikan untukmu. Agar kamu mengetahui bukti kesungguhan cintaku." -Argenta Gunawan- Karena kesalahannya di masa lalu, Argenta harus keh...