Sesuai permintaan Joana di detik-detik terakhir menjelang pernikahan, yang tidak ingin ada pesta resepsi sama sekali, maka selesai pemberkatan di gereja, Argenta membawa Joana dan Josan pulang ke rumah mereka. Rumah milik Frans yang kini menjadi kediaman keluarga kecil Argenta.
Tidak ada yang berubah, pasca menjadi istri Argenta, sikap Joana kepada Argenta masih tetap sama. Kalau bukan Argenta yang mengajak bicara duluan, maka Joana lebih memilih diam. Tapi berbeda terhadap Josan, sikap istrinya itu lebih hangat kepada bocah kecil itu. Membuat Argenta bingung, apakah ia harus bersyukur, atau malah cemburu karena putranya itu lebih dapat diterima Joana.
Seperti yang sudah mereka sepakati, Joana tetap tinggal di kamar milik Frans sendirian. Sedangkan Argenta menempati kamar yang lebih kecil bersama Josan. Untungnya Josan sama sekali tidak keberatan dengan kondisi kamar yang mereka tempati.
"An, aku telah membuatkan susu untukmu. Diminum dulu." Argenta memberitahukan Joana dengan lembut ketika melihat wanita itu keluar dari dalam kamar. Saat ini mereka tidak memiliki pekerja yang membantu mereka. Begitu juga dengan keluarga Joana yang telah kembali ke kediaman milik mereka. Jadi, otomatis semua urusan rumah tangga Argenta yang mengerjakan.
Tanpa membantah, Joana segera meminum segelas susu yang telah dibuatkan oleh Argenta. "Terima kasih," ucapnya pelan, yang dibalas Argenta dengan senyuman manis.
"Apakah rasanya pas?" Argenta ragu ia salah membuat takaran susu yang pas. Ini adalah pengalaman pertamanya. Salahnya sendiri tadi tidak menanyakan takaran yang tepat kepada Joana.
Joana tersenyum tipis, "Rasanya sudah pas." Kemudian ia mengalihkan pembicaraan, "Josan sudah makan?" Tadi sesampainya di rumah, Joana langsung mandi kemudian mengistirahatkan tubuh dan hatinya yang lelah tanpa sempat memperhatikan keberadaan keponakannya itu.
"Belum. Sekarang ia lagi mandi. Aku akan segera siapkan makanan untuk kita bertiga. Begitu selesai Josan mandi biar kita bisa langsung makan."
Joana merasa tidak enak hati melihat Argenta yang terlihat sibuk menyiapkan semuanya. Padahal ia tahu bahwa Argenta juga tak kalah lelahnya dari dirinya.
"Biar kubantu," Joana mencoba merebut piring dari tangan Argenta yang hendak meletakkannya di atas meja.
"Tidak perlu," Argenta menggeleng pelan, "Duduklah dulu biar kusiapkan semua."
"Tapi," Joana terlihat semakin tidak enak.
"Ini tidak akan membuatku lelah, Ana." Argenta mengatakan itu sambil tersenyum. Bersamaan dengan itu tampak Josan telah keluar dari dalam kamar dengan tampilan rapi baru mandi.
Baik Joana maupun Argenta serempak langsung menoleh menatap bocah cilik itu. Senyum keduanya tampak tulus kepadanya.
"Bunda..." dengan semangat Josan berjalan menghampiri Joana.
"Sudah mandi?" Joana bertanya kepada Josan sambil mengelus pipinya yang putih bersih. Ia merasa bersalah karena tidak dapat membantu keponakannya tersebut di hari pertama tinggal di rumah itu.
"Sudah Bunda," jawabnya semangat. Sama sekali tidak ada terdengar keluhan keluar dari mulutnya tentang betapa repotnya ia mengurus dirinya sendiri. Ternyata Josan cukup mandiri juga.
Argenta yang tidak lepas mengamati interaksi Joana dan Josan diam-diam tersenyum bahagia. Sungguh, ia sangat menyukai momen dimana mereka bisa berkumpul bersama sebagai keluarga kecil seperti saat ini. Akhirnya apa yang menjadi mimpinya terwujud juga. Berkumpul bersama anak dan istri yang sangat dicintainya.
"Josan sudah lapar, kan? Ayah sudah siapkan makanan kesukaan Josan."
Josan menganguk malu-malu di depan Joana. Namun sikapnya tersebut tidak bertahan lama, ketika melihat makanan favoritnya tersaji di meja makan bersama makanan lainnya."Wah, ada udang goreng, Ayah!" serunya antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Segalanya
RandomSekuel 'Terukir indah namamu' "Aku akan memberikan segalanya kepadamu. Hatiku, pikiranku, bahkan jiwa ini akan kuberikan untukmu. Agar kamu mengetahui bukti kesungguhan cintaku." -Argenta Gunawan- Karena kesalahannya di masa lalu, Argenta harus keh...