Joana merasa hampa.
Setiap hari yang bisa dilakukannya hanyalah melamun di dalam kamar, menangis, tertidur karena kelelahan, lalu sesekali ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hanya itu aktifitasnya, tidak lebih.
Untungnya Joana tidak sendirian. Melihat kondisi putrinya yang masih berduka, kedua orang tua Joana memilih untuk tinggal bersama putrinya. Mereka khawatir Joana melakukan hal nekat bila tidak didampingi.
"An, ayo dimakan sedikit nasinya," untuk kesekian kalinya, Mama Joana berusaha membujuk putrinya itu untuk memasukkan makanan ke dalam perutnya.
Sudah berhari-hari Joana menolak untuk makan. Berat tubuhnya turun drastis. Bahkan wajahnya semakin terlihat pucat seperti kurang darah.Joana menggelengkan kepalanya pelan, menolak suapan Mamanya.
"Mama yakin, Frans pasti sedih melihat kamu seperti ini. Kalau kamu sakit, siapa coba yang akan datangin makam suami kamu itu? Bukankah, cuma kamu satu-satunya keluarga yang tersisa di dunia ini?
Seperti biasa, bila Mamanya telah berkata seperti itu, dengan terpaksa, akhirnya Joana memasukkan sedikit makanan ke mulutnya. Tidak banyak, hanya beberapa suap, namun sanggup menerbitkan senyum di wajah Mamanya.
Usai menghabiskan minumannya, Joana kembali termenung. Ia membiarkan mamanya sibuk membersihkan sisa makanannya. Tidak dipedulikannya, wanita paruh baya itu kerepotan mengangkat bekas piring makannya ke luar kamar.
"Bagaimana, Ma?" Papa Joana segera menghampiri istrinya ketika dilihatnya keluar dari dalam kamar. Ia ingin tahu bagaimana perkembangan putrinya di dalam sana.
"Lumayan, Pa. Ana, sudah mau makan, walaupun cuma sedikit."
Pria paruh baya itu terlihat tersenyum lega mendengar penjelasan istrinya. Paling tidak, putrinya itu sudah mau memasukkan makanan ke dalam perutnya. Ia berharap, ke depannya semakin membaik.
"Ia sudah mau bicara?"
Mama Joana menggelengkan kepalanya. Ada sendu di matanya mengingat kondisi putrinya yang semakin hari semakin terpuruk. "Aku sudah tidak tahu lagi pa, harus berbuat apa sama putri kita itu?
Papa Joana menarik nafas berat. Ia tidak menyangka putrinya akan mengalami cobaan seberat ini. Menjadi janda hanya dalam hitungan hari. Sebagai orang tua, mereka tentu saja ikut merasakan sakitnya.
"Kita berdoa saja Ma, semoga putri kita bisa mengikhlaskan semuanya."
"Iya, Pa. Semoga saja." Ada harapan terselip di ujung suaranya.
"Opa, Oma!" Tiba-tiba terlihat Josan datang berlari mendekati mereka berdua. Entah sejak kapan putranya Argenta itu datang, sehingga keduanya tidak menyadari kapan cucunya itu masuk ke dalam rumah.
"Josan?" Seru keduanya kaget.
Bocah kecil itu tersenyum lebar menatap kedua opa dan omanya.
"Kapan datang? Kenapa Opa tidak dengar tadi?"
"Baru saja, Opa." bocah kecil itu berkata jujur. Tak lama kemudian muncul sosok Argenta berjalan mendekat ke arah mereka.
"Pa, Ma," Argenta menyapa kedua mertuanya itu dengan hormat.
Keduanya hanya membalas dengan senyuman tipis. Pasca terbongkarnya kesalahan yang diperbuat Argenta di masa lalu, membuat hubungan mereka merenggang.
Sulit bagi mereka untuk bersikap seperti dulu lagi kepada menantunya itu. Namun semenjak mereka mengetahui Argenta banyak membantu pada saat kematian Frans, mau tak mau mereka berusaha untuk bersikap sedikit lebih baik.
"Bagaimana kabar Ana, Ma?" Argenta menanyakan kesehatan Joana kepada ibu mertuanya.
"Masih seperti biasa," jawab Mama Joana datar. Tak ada niatan untuk berbincang hangat seperti dulu lagi. Kerap kali melihat Argenta, wanita paruh baya itu langsung membayangkan bagaimana terlukanya Sandra di masa lalu. Itu membuatnya selalu sedih. Menyesal karena tidak bisa menjadi penguat putrinya di masa lalu. Sehingga ia tidak harus merasakan kehilangan seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Segalanya
RandomSekuel 'Terukir indah namamu' "Aku akan memberikan segalanya kepadamu. Hatiku, pikiranku, bahkan jiwa ini akan kuberikan untukmu. Agar kamu mengetahui bukti kesungguhan cintaku." -Argenta Gunawan- Karena kesalahannya di masa lalu, Argenta harus keh...