27

3.9K 506 40
                                    

Di masa lalu, Joana mengenal Argenta sebagai pria hangat yang tidak banyak bicara. Hal itu bukan berlangsung sebulan atau dua bulan saja, melainkan sampai bertahun-tahun sikap itu tetap melekat di jiwa sang suami.

Tak jarang dulu ketika mereka menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai, Joana selalu mendominasi pembicaraan di antara mereka. Sedangkan Argenta hanya betugas sebagai pendengar yang baik.

Pernah di saat-saat tertentu Joana menyatakan protes melihat sikap Argenta yang dianggapnya terlalu datar dan membosankan. Menurutnya sebagai pasangan kekasih pembicaraan mereka seharusnya berjalan dua arah. Tapi yang terjadi dalam hubungan mereka hanya dirinya yang terlihat aktif. Sedangkan Argenta lebih banyak bertindak pasif. Tak jarang ketika emosinya sedang tidak stabil Joana menuduh pria itu tidak mencintainya dengan penuh drama dan air mata. Lalu berujung pertengkaran dan dibumbui kata putus dari dirinya.

Biasanya bila seperti itu Argenta akan langsung buru-buru merubah sikapnya. Cintanya yang terlalu besar terhadap sang kekasih membuatnya rela berubah menjadi seperti yang diinginkan Joana. Yaitu menjadi pria yang banyak bicara. Paling tidak sekedar membicarakan cerita-cerita lucu agar sang kekasih tidak ngambek lagi. Dan biasanya hal itu berhasil dapat meredakan kekesalan Joana. Meskipun tidak bertahan lama,  namun Argenta selalu berusaha untuk membahagiakan Joana.

Tapi itu dulu. Sebelum keduanya berpisah disebabkan oleh kesalahan fatal Argenta.

Sekarang malah terjadi sebaliknya. Setelah mereka resmi sebagai suami-istri sikap ngeselin Argenta tersebut mendadak berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak ada lagi Argenta yang irit bicara, yang ada hanya sosok pria banyak bicara sekaligus perayu ulung. Tidak jarang kadang hal itu sering membuat Joana kesal juga salah tingkah.

Lihat saja, belum ada satu jam suaminya itu sudah berhasil membuat dirinya tersipu beberapa kali.

Ini tidak bisa dibiarkan. Joana sama sekali tidak menyukai perasaan ini.

Ditambah lagi suaminya itu sudah mulai pintar ngotot. Maka lengkaplah sudah kekesalan Joana.

Kalau bisa waktu diubah, Joana lebih menyukai Argenta yang dulu. Bukan seperti sekarang yang suka membolak-balik hatinya sehingga membuatnya menjadi wanita plin-plan. Sebentar nangis, sebentar tersipu. Membuatnya jadi malu sendiri.

Ditambah lagi Argenta masih tidak menyerah untuk mengajak memeriksakan kandungan wanitanya itu ke rumah sakit. Otomatis membuatnya tambah pusing.

Namun bukan Joana namanya kalau tidak membantah ucapan sang suami. Alih-alih menuruti, wanita itu malah mengomel karena melihat Argenta tak kunjung berangkat ke kantor.

"Gak usah pikirin aku. Sekarang mending kamu pergi ke kantor aja."

"Tapi bagaimana dengan kandunganmu? Aku gak akan bisa tenang sebelum kita memeriksanya," katanya bersikeras.

"Aku baik-baik saja. Nanti aku akan minta bantuan Mbak Rita untuk menemaniku memeriksakan kandunganku."

"Ngapain ngerepotin orang lain. Dibanding Mbak Rita, mendingan aku saja yang menemanimu."

"Siapa aja pun sama, Gen. Tapi aku lebih suka Mbak Rita yang menemaniku," tolak Joana halus.

"Kenapa, kamu gak nyaman ya sama aku?" Argenta bertanya dengan raut sendu.

"Ih, apaan sih kamu? Jangan pikir aneh-aneh deh Gen. Emang aku nya aja yang lebih nyaman dengan Mbak Rita. Gak ada maksud apa-apa sama sekali."

"Oh gitu ya," Argenta mencoba memaksakan diri tersenyum. Sebuah kesadaran muncul di benaknya, mungkin dirinya terlalu berlebihan memaksakan kehendaknya sehingga menyebabkan istrinya menjadi tidak nyaman.

Untukmu SegalanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang