"Kadang gue heran deh sama Genta, An. Entah apa sih yang buat dia cinta mati sama lo. Wajah, masih lebih cantikan gue. Seksi, enggak juga. Kaya, apalagi. Udah pasti keluarga lo kalah jauh sama keluarga mereka. Gak usah gue sebutin, lo pasti lebih tahu gimana tajirnya itu suami lo. Makanya heran gue kalau lo masih sulit nerima Argenta dalam hidup lo. Ini Argenta loh An, bukan pria kaleng-kaleng. Jadi apa susahnya sih menerima pernyataan cinta dia? Seenggaknya lo menghargai usahanya dengan berkata baik-baik. Bukan malah menyakitinya."
Maksud hati ingin mendapat pembelaan dari Laura, hingga sengaja bangun pagi-pagi demi dapat video callan sama sama sahabatnya itu, Joana malah mendapat nasihat yang membuat telinganya panas.
"Gitu Argenta gak cinta sama lo lagi, tahu rasa lo. Kelar udah hidup lo!" Laura berkata dengan ekpresi menakut-nakuti.
"Lo sahabat gue atau enggak sih? Bukannya belain, tapi malah ikutan nyalahin gue," balas Joana sewot.
"Memang gue ngomong yang bener kok. Lo nya aja sulit dibilangin," potong Laura tak mau disalahkan. "Itu Argenta suami lo An, bukan musuh lo. Wajar dong dia tersinggung bila terus menghadapi sikap lo yang tidak menghargai dia. Kalau gue jadi Argenta, udah lama gue tinggalin lo."
Joana melotot sebal kepada Laura. Ini orang benar-benar hebat mancing darah tingginya. Kenapa ini ceritanya malah Argenta yang lebih dibela daripada dirinya. "Males gue ngomong sama lo. Bukannya dapat solusi, malah buat gue emosi," ucap Joana dengan wajah kesal.
Laura terlihat tertawa di layar ponsel. "Gue cuma berusaha bantu nyadarin lo aja, Joana sayang...." panggilnya gemas. "Gue pernah ngelakuin kesalahan, makanya gue gak ingin lo juga melakukan hal yang sama."
"Tapi perasaan gue gak bisa dipaksa. Gue selalu merasa mengkhianati Frans kalau dekat sama Argenta," ujar Joana mengungkapkan isi hatinya.
"Gue ngerti perasaan lo, An," Laura menatap Joana lembut. "Tapi bukan gitu caranya untuk hidup lebih baik. Gue yakin seratus persen, Argenta pasti bisa memahami perasaan lo. Paling gak lo bisa jadi teman rumah yang baik, itu salah satu contohnya."
Joana merasa ucapan Laura ada benarnya juga. Tapi mengingat bagaimana dinginnya sikap Argenta semalam, Joana jadi ragu menjalankan ide dari Laura.
"Tapi Genta mendiamkan gue beberapa hari ini," keluh Joana sendu. Masih jelas di ingatannya bagaimana Argenta berusaha menghindarinya akhir-akhir ini.
"Gue tahu gimana cintanya Argenta sama lo. Jadi gak usah berpikir negatif dulu," ucap Laura menyemangati Joana. "Gitu lo ajak dia bicara, gue yakin itu Argenta langsung lumer hatinya lihat lo." Laura berkata yaki sambil menjentikkan jarinya.
"Gimana kalau dia marah?" Suara Joana terdengar ragu.
Laura segera menggelengkan kepalanya. "Percaya sama gue, Argenta gak bakalan marah sama lo. Dia itu udah cinta mati. Tinggal sikap lo aja yang diperbaiki. Seperti kata gue tadi, setidaknya kalian berdua bisa jadi teman yang kompak."
"Apa bisa gue lakuin itu?"
"Tentu saja bisa!" sahut Laura gemas.
Joana terdiam meresapi ucapan Laura. Mungkin tidak ada salahnya ia mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Argenta. Selama tidak melibatkan cintanya, Joana merasa ia bisa melakukannya. Demi Josan dan anaknya kelak.
"Jangan kelamaan mikirnya, An." Suara Laura menghentikan lamunan Joana. "Entar Argenta kecantol sama cewek tahu rasa lo!" ucap Laura menyebalkan.
Joana mendengus sinis melihat Laura. "Jelek banget doa lo!"
"Gue kan cuma wanti-wanti lo," kekeh Laura di seberang sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu Segalanya
RandomSekuel 'Terukir indah namamu' "Aku akan memberikan segalanya kepadamu. Hatiku, pikiranku, bahkan jiwa ini akan kuberikan untukmu. Agar kamu mengetahui bukti kesungguhan cintaku." -Argenta Gunawan- Karena kesalahannya di masa lalu, Argenta harus keh...