Bab 5

1.2K 90 22
                                    

Happy Reading!!!

***

Hari ini adalah hari dimana Gara akan bertanding futsal dengan sekolah sebelah, bukan tanding untuk kejuaraan, tapi hanya pertandingan persahabatan antara kedua sekolah. Namun tetap saja permainan mereka tidak main-main. Terlebih permainan Gara yang sepertinya ingin menunjukkan pada Manda bahwa dia bukan lagi pemain payah seperti saat mereka SMP dulu. Terbukti dari setiap Gol yang cowok itu cetak, matanya selalu melirik ke arah Manda yang duduk di sampingku dan Melody dengan senyum sombongnya.

Sementara aku, sejak tadi tidak sama sekali menikmati tontonan kali ini. Tidak seperti biasanya yang aku nikmati dengan tatapan kagum setiap kali Gara membobol gawang lawan. Kali ini aku menonton dengan sakit di hati yang lagi-lagi berbunyi ‘kretek’. sudah seperti rokok saja bukan? Hufhh, mengapa Manda harus kembali sebelum aku mendapatkan hati Gara? Aku mendesah pelan, lalu memilih untuk menyibukkan diri dengan ponselku. Permainan Gara tidak lagi membuatku berminat.

“Gue kira Gara gak lagi mau berurusan dengan futsal setelah kami putus,” ucap Manda yang memang duduk di tengah-tengah antara aku dan Melody.

“Lo salah, justru Gara makin semangat main bolanya. Sejak tahu lo khianatin dia dan tiba-tiba lo pergi, main bola adalah pelampiasannya. Gara pernah bilang bahwa dia membayangkan bahwa bola itu adalah lo. Yang dia tendang adalah lo,” ungkapku dengan sedikit emosi. Meskipun aku menyukai Gara, tetap saja aku marah saat tahu bahwa laki-laki yang aku cintai di sakiti perempuan lain. Dan aku tidak terima saat bagaimana galaunya Gara setelah putus dari Manda.

Manda tidak menanggapi ucapanku. Dia memilih kembali memalingkan wajahnya kembali ke lapangan dan tatapannya terus mengikuti ke mana pun Gara bergerak. Aku tahu Manda masih memiliki rasa itu pada Gara dan aku tidak tahu alasan sebenarnya mengenai kandasnya hubungan Manda dan Gara. Dan mungkin sebaiknya aku tidak perlu tahu, sekali pun aku penasaran.

Selesai pertandingan aku turun menghampiri Gara dan teman-teman tim-nya, niatnya aku akan memberikan air minum seperti yang biasa aku lakukan pada Gara. Tapi Manda yang lebih dulu melakukan itu, sampai akhirnya minuman yang berada dalam genggamanku di raih oleh Raja dan langsung pria itu teguk tanpa meminta izin terlebih dulu.

“Lihat sendiri bukan, permainan gue gak payah. Jadi jangan coba-coba lo ngeremehin gue,” ujar Gara sombong. Manda mengangguk dengan senyum manis yang terukir di bibirnya. Tatapan bangga terlihat jelas di bola mata Manda.

Tatapan mereka bertemu, dan dengan jelas aku menangkap kerinduan di sana, meskipun sedikit amarah masih tidak hilang di mata Gara. Aku tahu, cowok itu sedang berada di titik benci sekaligus cinta. Membuatku sakit. Ya, sakit. Karena itu artinya aku kembali kalah. Tapi bukan berarti aku akan menyerah. Aku akan tetap berjuang hingga Gara akhirnya melihatku, bukan sebagai sahabat, tapi sebagai perempuan yang patut pria itu cintai.

“Karena lo menang, lo harus teraktir kita, Gar. Bakso Mang Beno!” seruku dengan gembira, lalu di setujui semua orang yang ada di sana, termasuk lawan main Gara dari sekolah sebelah.

“Lo emang selalu bikin gue bangkrut, Vi!” dengusnya kesal, membuat kami semua tertawa dan menyeret Gara menuju kedai bakso Mang Beno yang memang terkenal karena rasanya yang enak.

Tidak butuh waktu lama untuk aku dan yang lainnya tiba di kedai bakso Mang Beno, karena jaraknya dari sekolah memang tidak terlalu jauh, pun dari jarak taman kompleks perumahanku.

Kedai bakso Mang Beno yang ramai bertambah ramai dengan datangnya kami, dan itu membuat si pekerja kerepotan, apalagi dengan berbagai permintaan yang berbeda. Tapi itulah tantangannya untuk si penjual, harus sabar menghadapi pembeli yang seperti apa pun. untungnya Mang Beno sudah hapal kami semua, karena setiap kali selesai main futsal pastilah bakso Mang Beno incaran selanjutnya. Tidak perlu bertanya dari mana aku tahu, jelas saja aku selalu ikut setiap kali Gara bertanding. Eh, bukan ikut juga sih sebenarnya, karena Gara yang memang selalu mengajakku ke mana pun cowok itu pergi.

VioletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang