Happy reading!!
***
Sekolah sudah kembali masuk, dan aku bersama pelajar lainnya kembali pada aktivitas biasanya, yaitu belajar. Ya, meskipun masih banyak yang hanya bermain-main dan tidak mengaggap penting setiap mata pelajaran. Ervan dan Gara salah satunya. Kedua laki-laki itu lebih rindu membuat rusuh di sekolah di bandingkan belajarnya. Contoh tidak baik sebagai anak bangsa. Tapi memang iya sih, aku pun semangat ke sekolah karena rindu suasananya bukan pelajarannya.
Dan sepertinya lebih banyak yang sependapat denganku dari pada yang menyangkal. Oh tentu saja, hanya siswa-siswi pintar dan tekunlah yang rindu sekolah karena belajarnya, beruntungnya di kelasku tidak ada yang seperti itu, karena jika ada sudah pasti dia tidak akan betah berada di kelas XI IPS 1 karena tidak ada yang sepaham dengannya.
Hari ini, seperti biasa aku berangkat dengan Gara dan tentu saja bersama penghuni baru yang kini sudah menjadi pacar dari seorang Anggara Pradifta Putra. Sebelum masuk ke dalam mobil aku menimbang lebih dulu untuk duduk dimana, depan atau belakang. Sekarang Gara pacar Manda, jadi rasanya posisiku di bangku penumpang depan akan tersingkirkan, mengingat sepasang kekasih pastinya selalu ingin berdekatan.
Namun pada akhirnya aku memilih tidak peduli. Aku tetap duduk di jok penumpang depan bersebelahan dengan Gara, dan untungnya Gara tidak keberatan dan tidak juga memintaku pindah saat tiba di rumah Manda, karena jika itu sampai terjadi, maka aku pastikan bahwa aku memilih menghubungi Raja atau Kak Ryan untuk menjemputku. Tapi Gara tidak sejahat itu, dia tidak menggeser posisiku meski Manda sudah menjadi kekasihnya. Dan sepertinya Manda pun tidak keberatan. Tapi bagaimanapun juga aku tetap harus sadar diri bukan? Tidak akan selamanya aku berada dalam urutan nomor satu dalam hidup Gara. Akan ada saatnya aku tersingkirkan. Namun selagi hal itu belum terjadi aku akan menikmatinya sebaik mungkin.
“Hai Let,” turun dari mobil Gara aku di sambut sapaan ramah dan senyum manis Kak Ryan. Cowok itu entah baru tiba atau memang sengaja menungguku, yang jelas aku merasa terselamatkan dan tidak harus berjalan ke kelas bersama Gara dan Manda, karena itu akan semakin memperlihatkan kemirisanku, menjadi nyamuk di antara sepasang kekasih itu.
Aku tidak ingin terlihat semakin menyedihkan dan pastinya akan ada bisik-bisik tetangga yang membicarakanku, Gara juga Manda. Perbandingan akan aku dengar pastinya dan itu bukanlah hal yang aku inginkan. Aku tidak suka di banding-bandingkan dengan orang lain terlebih kekasih Gara, karena itu akan semakin membuatku terlihat kecil, secantik apa pun aku jika Gara tidak memilihku tetap saja aku tidak ada apa-apanya di bandingkan Manda yang memiliki hati Gara.
“Gar, lo duluan gih. Gue bareng Kak Ryan, mau PDKT,” kataku pada Gara dengan kedipan genit.
“Giliran ada cowoknya gue di usir,” mendengus, Gara lalu meraih tangan Manda dan berjalan meninggalkanku dengan Kak Ryan di parkiran. Aku menatap kepergian dua orang itu dengan tatapan sedih. Sedih karena bukan aku yang ada di samping Gara, bukan aku yang cowok itu gandeng, dan bukan aku yang cowok itu cintai. Aku tidak menyangka nasibku akan semiris ini.
“Udah jangan diliatin terus, kasihan hati lo makin sakit.” Kak Ryan berdiri di depanku menghalangiku dari pemandangan menyesakkan di depan sana.
Aku mendongak, lalu menyunggingkan senyum. “Makasih,” ucapku pelan dengan suara bergetar, setelahnya aku kembali menunduk untuk menyembunyikan air mataku yang menerobos keluar.
Elusan lembut di kepalaku dapat aku rasakan, dan tanpa melihat pun aku tahu siapa pelakunya. Dia adalah laki-laki baik yang belakangan ini selalu berada di sampingku, mengerti perasaanku dan selalu menghiburku di kala sedih mendera. Meskipun kedekatan kita belum terlalu lama, tapi rasa ini memang nyata, perlindungan yang Kak Ryan berikan itu nyata, dan cinta yang cowok itu berikan tulus. Hanya aku yang tidak tahu diri di sini, menyia-nyiakan seseorang yang benar-benar mencintaiku. Tapi mau bagaimana lagi, aku juga tidak ingin berpura-pura yang malah akan semakin membuat laki-laki itu terluka. Begini mungkin lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Violeta
Teen FictionTidak akan ada yang pernah baik-baik saja ketika pengakuan hanya di anggap kekonyolan. Tiga tahun, waktu yang Vio habiskan untuk mencintai sahabatnya, namun tidak sekalipun Gara melihat keseriusannya. Gara selalu mengatakan bahwa dia tidak ingin me...