Bab 10

1.4K 84 10
                                    

Happy Reading!!!

***

Hanya tiga hari aku menghabiskan waktu di rumah sakit. Dokter bilang jantungku baik-baik saja, hanya saja mulai saat ini aku harus mengurangi aktivitas yang menguras tenaga, aku harus lebih memperhatikan kesehatan, terlebih soal makanan.

Sekarang aku merasa bahwa inilah awal dari hari yang tidak menyenangkan. Aku tidak bisa seaktif dulu, tidak bisa seceria dulu, dan aku tidak sebebas dulu. Ada bagian terpenting dari tubuhku yang harus aku jaga jika ingin hidup lebih lama. Meskipun aku tahu bahwa kematian hanyalah ada di tangan Tuhan. Tapi sebagai manusia yang dititipi anggota tubuh dan yang lainnya berkewajiban untuk menjaganya agar tetap baik-baik saja. Dan aku harus melakukan itu jika ingin jantungku tetap berdetak.

“Makan dulu, Dek, setelah itu minum obatnya,” Kak Mawar datang dengan nampan berisi menu makan siangku. Sejak tahu bahwa jantungku kembali bermasalah, aku tidak memiliki semangat, aku masih merasa sedih dan kecewa dengan kenyataan ini. Candaan Gara pun tidak lantas membuatku tersenyum apalagi tertawa. Keluargaku dan Keluarga Gara memberikan semangat atas kondisi ini, tapi tidak juga membangkitkanku. Aku terus merutuki diri yang tidak bisa menjaga kesehatan jantungku sendiri padahal selama ini selalu rutin memeriksakan kesehatan.

“Jangan ngelamun terus, Dek. Jangan membuat kesehatan kamu semakin menurun karena kamu terlalu larut dalam kesedihan ini. Kakak memang tidak berada di posisi kamu, tapi Kakak sedih kalau sampai kamu kenapa-kenapa,” Kak Mawar mengelus pipiku yang mulai sedikit tirus karena sejak kabar itu terdengar napsu makanku benar-benar menurun.

“Kamu tahu Kakak sayang kamu?” aku menatap kakakku itu dengan dalam, tanpa merespons apa yang di katakannya. “Andai bisa, mungkin saat Tuhan membagikan penyakit, Kakak akan merebutnya dari kamu saat itu. Tapi semua itu tidak mungkin. Tuhan sudah mengatur semuanya, dan Tuhan tahu bahwa kamu memang berhak mendapatkan sakit ini, karena Tuhan percaya, kamu gadis yang kuat,” senyum lembut terukir di bibir Kak Mawar yang aku tahu bahwa itu usahanya untuk menenangkanku. Karena pada kenyataannya semua orang sedih dengan kabar mengenai sakitku, termasuk Mami yang berada jauh di sana ketika dua hari yang lalu mendapat kabar mengenai kondisiku.

“Lawan, Dek, taklukkan sakit kamu ini. Jangan meratapinya yang malah membuatmu semakin terlihat lemah dihadapan semua orang. Penyakit ini bukan datang untuk membuatmu menyerah, tapi untuk membuatmu semakin kuat dan sabar. Kakak yakin kamu pasti sembuh.”

Kak Mawar terus berusaha meyakinkanku setelah Papi menyerah satu jam yang lalu. Dan aku terharu dengan usaha kakakku ini. Tanpa mengatakan apa pun, aku langsung memeluk Kak Mawar dengan erat, menyalurkan rasa terima kasih, kesedihan dan rasa bersyukurku memiliki kakak sepertinya.

Aku bersyukur memiliki keluarga yang menyayangiku, mereka tidak mengasingkanku saat tahu bahwa sejak lahir aku sudah menderita kelainan jantung. Mereka tidak membuangku, orang tuaku tetap menyayangiku sebagaimana mereka menyayangi Kak Mawar. Bahkan kasih sayang mereka lebih banyak tercurah kepadaku. Tapi aku terharu karena Kak Mawar tidak membenciku karena itu. Dia justru menyayangiku dan sebisa mungkin melindungiku. Kak Mawar yang akan paling histeris saat mendapatiku jatuh pingsan karena kelelahan. Kak Mawar yang paling semangat mengingatkanku untuk meminum obat padahal saat itu usia Kak Mawar masih terbilang kecil.

“Jangan sampai gara-gara sakit ini kecerianmu pudar, Dek. Kakak gak suka, adik kakak harus tetap tersenyum walau tidak dalam keadaan sehat. Karena kebahagiaan berdampak pada kesehatan kamu. Lagi pula kamu bukan lumpuh yang tidak bisa mengerjakan apa pun, kamu hanya harus mengurangi aktivitas, tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat berat kerja jantungmu. Kamu masih bisa main, masih bisa sekolah, masih bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi berhenti main kejar-kejaran, karena itu akan membuat jantungmu kelelahan,” peringat Kak Mawar dengan lembut, membuat aku tersenyum dan mengangguk.

VioletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang